Minggu, 05 Januari 2014

UPAYA PENGENDALIAN KUMBANG KELAPA (Oryctes rhinoceros) DI YOGYAKARTA

Oryctes rhinoceros atau yang dikenal sebagai kumbang kelapa telah menyerang perkebunan kelapa di beberapa wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Serangan terjadi pada bulan Agustus 2011 dengan intensitas serangan berat. Menurut data dari Balai Sertifikasi Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan (BSPMB-PTKP), Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, dan Kecamatan Panjatan; Kabupaten Kulonprogo, hampir sebagian besar tanaman kelapa terserang O. rhinoceros. Dari 6.250 pohon kelapa yang ada, sebanyak 6.073 pohon terserang mulai ringan hingga berat sehingga hanya menyisakan 213 pohon sehat.

Kumbang O. rhinoceros merupakan stadia yang merusak tanaman kelapa. Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian dalam ketiak pelepah daun yang paling atas. Kumbang menyerang pucuk dan pangkal daun muda yang belum membuka dengan cara menggerek dan memakan helaian daun sehingga mengakibatkan daun terpotong-potong/ tergunting membentuk huruf “V” bila telah membuka. Gejala ini merupakan ciri khas serangan hama O. rhinoceros.

Tabel hubungan kerusakan dan populasi terhadap penurunan produksi kelapa yaitu:
Rata-rata jumlah guntingan per pelepah
Jumlah kumbang (ekor/ha)
Penurunan produksi buah (%)
0,25
0,25
0,50
0,75
1,00
1,25
1,50
1 atau kurang
1-2
2-3
3-4
5
6-7
8-10
10
10
18
27
38
45
53
Karena kerusakan terjadi pada pelepah daun muda, maka beberapa ekor saja sudah dapat menyebabkan kerugian yang besar. Lima ekor kumbang per ha dalam tahap makan sudah dapat menyebabkan kerusakan yang berat. Tingkat penurunan hasil kelapa yang diserang dapat dilihat pada Tabel di atas.

Siklus Hidup O. rhinoceros  
Telur O. rhinoceros  berbentuk bulat dan berwarna putih. Stadia telur lamanya 8-12 hari. Larva yang keluar berwarna putih dengan mulut berwarna merah coklat, kepala berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki.
Larva O. rhinoceros mengalami tiga instar (pergantian kulit) dan membutuhkan waktu  2-4 bulan untuk perkembangannya. Variasi waktu perkembangan larva dipengaruhi oleh jenis makanan dan iklim. Tempat perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang masih tegak maupun telah mati, timbunan kulit buah kopi/kakao, ampas tebu, timbunan limbah penggilingan padi, timbunan pupuk kompos, pupuk kandang dan timbunan serbuk gergaji. Larva instar terakhir masuk ke tanah sedalam ± 30 cm dan tidak aktif selama 8-13 hari (masa prapupa).
 
Pupa berwarna coklat dan terbungkus kokon yang dibuat dari tanah ataun sisa-sisa serat tanaman. Lama stadia pupa 17-28 hari. Kumbang O. rhinoceros berwarna hitam dengan bagian bawah berwarna coklat kemerahan. Kumbang jantan memiliki cula yang lebih panjang dari kumbang betina.  Kumbang tertarik pada cahaya. Kumbang dapat terbang jauh namun biasanya lebih memilih tumpukan sampah yang terdekat. Siklus hidup O. rhinoceros berkisar 3,5 – 6,5 bulan.

Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu:
  1. Sanitasi
Membersihkan tempat perkembangbiakan larva O. rhinocerosseperti tanaman mati membusuk, tunggul kelapa dipotong-potong kemudian dibakar agar tidak menjadi sarang O. rhinoceros
  1. Mekanis
Mengumpulkan larva/pupa kemudian dimusnahkan dan menebang serta memusnahkan pohon yang telah mati.
  1. Kultur Teknis
Batang yang tidak dimanfaatkan ditutup dengan tanaman penutup tanah seperti Centrosema pubescens atau Pueraria phaseoloides.
  1. Biologi
Menggunakan jamur antagonis Metarhizium anisopliae. Jamur ini tidak hanya efektif untuk mengendalikan larva namun juga dapat menginfeksi kumbang. Jamur diaplikasikan pada sarang aktif dengan dosis 20 g/m². Jamur juga dapat diaplikasikan pada perangkap yang dibuat dari batang kelapa yang ditaburi serbuk gergaji dan biakan M. anisopliae. Pada perangkap dengan ukuran 1x1x0,5 m³ ditambahkan serbuk gergaji setinggi 8 cm kemudian ditaburi 25 g   M. anisopliae dan diaduk kemudian ditambahkan serbuk gergaji sampai tinggi 0,5 m dan 25 g M. anisopliae kemudian dicampur merata. Serbuk gergaji dalam perangkap perlu diganti setiap 3 bulan.
Selain itu juga bisa menggunakan Baculovirus oryctes. Baculovirus oryctes yang berada dan menyebar di alam telah mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh O. rhinocerosmelalui pembatasan populasi kumbang.
  1. Penggunaan Feromon
Feromon merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, mangsanya, tanaman inang dan tempat berkembangbiaknya. Komponen utama feromon sintetis O. rhinoceros adalah etil-4 metil oktanoat.Feromon sintetik dipasang di dalam tutup ember yang telah dilubangi dan dipasang terbalik. Pada dasar ember dimasukkan serbuk gergaji. Pada pertanaman kelapa, 2 (dua) feromon digunakan untuk 1 (satu) ha. Penggunaan feromon akan optimal apabila dipadukan dengan komponen pengendalian lainnya.

BAHAN BACAAN
Buletin Perlindungan Tanaman Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak Edisi IV Juni 2011.
Leaflet Pengenalan dan Pengendalian Hama (Oryctes rhinoceros) Pada Tanaman Kelapa, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Ditjenbun Jakarta. 2010.
Pedoman Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Perkebunan.1998. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Oleh: Ratri Wibawanti, SP
POPT Ahli Pertama

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *