UPAYA PENGENDALIAN KUMBANG KELAPA (Oryctes rhinoceros) DI YOGYAKARTA
Oryctes
rhinoceros atau yang dikenal sebagai kumbang kelapa telah menyerang
perkebunan kelapa di beberapa wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Serangan terjadi pada bulan Agustus 2011 dengan intensitas serangan
berat. Menurut data dari Balai Sertifikasi Pengawasan Mutu Benih dan
Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan (BSPMB-PTKP), Dinas Kehutanan
dan Perkebunan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Kecamatan Temon,
Kecamatan Wates, dan Kecamatan Panjatan; Kabupaten Kulonprogo, hampir
sebagian besar tanaman kelapa terserang O. rhinoceros. Dari 6.250 pohon
kelapa yang ada, sebanyak 6.073 pohon terserang mulai ringan hingga
berat sehingga hanya menyisakan 213 pohon sehat.
Kumbang
O. rhinoceros merupakan stadia yang merusak tanaman kelapa. Kumbang
dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke
bagian dalam ketiak pelepah daun yang paling atas. Kumbang menyerang
pucuk dan pangkal daun muda yang belum membuka dengan cara menggerek dan
memakan helaian daun sehingga mengakibatkan daun terpotong-potong/
tergunting membentuk huruf “V” bila telah membuka. Gejala ini merupakan
ciri khas serangan hama O. rhinoceros.
Tabel hubungan kerusakan dan populasi terhadap penurunan produksi kelapa yaitu:
Rata-rata jumlah guntingan per pelepah
|
Jumlah kumbang (ekor/ha)
|
Penurunan produksi buah (%)
|
0,25
0,25
0,50
0,75
1,00
1,25
1,50
|
1 atau kurang
1-2
2-3
3-4
5
6-7
8-10
|
10
10
18
27
38
45
53
|
Karena
kerusakan terjadi pada pelepah daun muda, maka beberapa ekor saja sudah
dapat menyebabkan kerugian yang besar. Lima ekor kumbang per ha dalam
tahap makan sudah dapat menyebabkan kerusakan yang berat. Tingkat
penurunan hasil kelapa yang diserang dapat dilihat pada Tabel di atas.
Siklus Hidup O. rhinoceros
Telur O. rhinoceros berbentuk
bulat dan berwarna putih. Stadia telur lamanya 8-12 hari. Larva yang
keluar berwarna putih dengan mulut berwarna merah coklat, kepala
berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki.
Larva O. rhinoceros mengalami
tiga instar (pergantian kulit) dan membutuhkan waktu 2-4 bulan untuk
perkembangannya. Variasi waktu perkembangan larva dipengaruhi oleh jenis
makanan dan iklim. Tempat perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang
masih tegak maupun telah mati, timbunan kulit buah kopi/kakao, ampas
tebu, timbunan limbah penggilingan padi, timbunan pupuk kompos, pupuk
kandang dan timbunan serbuk gergaji. Larva instar terakhir masuk ke
tanah sedalam ± 30 cm dan tidak aktif selama 8-13 hari (masa prapupa).
Pupa berwarna coklat dan terbungkus kokon yang dibuat dari tanah ataun sisa-sisa serat tanaman. Lama stadia pupa 17-28 hari. Kumbang O. rhinoceros berwarna
hitam dengan bagian bawah berwarna coklat kemerahan. Kumbang jantan
memiliki cula yang lebih panjang dari kumbang betina. Kumbang tertarik
pada cahaya. Kumbang dapat terbang jauh namun biasanya lebih memilih
tumpukan sampah yang terdekat. Siklus hidup O. rhinoceros berkisar 3,5 – 6,5 bulan.
Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu:
- Sanitasi
Membersihkan tempat perkembangbiakan larva O. rhinocerosseperti tanaman mati membusuk, tunggul kelapa dipotong-potong kemudian dibakar agar tidak menjadi sarang O. rhinoceros
- Mekanis
Mengumpulkan larva/pupa kemudian dimusnahkan dan menebang serta memusnahkan pohon yang telah mati.
- Kultur Teknis
Batang yang tidak dimanfaatkan ditutup dengan tanaman penutup tanah seperti Centrosema pubescens atau Pueraria phaseoloides.
- Biologi
Menggunakan jamur antagonis Metarhizium anisopliae.
Jamur ini tidak hanya efektif untuk mengendalikan larva namun juga
dapat menginfeksi kumbang. Jamur diaplikasikan pada sarang aktif dengan
dosis 20 g/m². Jamur juga dapat diaplikasikan pada perangkap yang dibuat
dari batang kelapa yang ditaburi serbuk gergaji dan biakan M. anisopliae. Pada perangkap dengan ukuran 1x1x0,5 m³ ditambahkan serbuk gergaji setinggi 8 cm kemudian ditaburi 25 g M. anisopliae dan diaduk kemudian ditambahkan serbuk gergaji sampai tinggi 0,5 m dan 25 g M. anisopliae kemudian dicampur merata. Serbuk gergaji dalam perangkap perlu diganti setiap 3 bulan.
Selain itu juga bisa menggunakan Baculovirus oryctes. Baculovirus oryctes yang berada dan menyebar di alam telah mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh O. rhinocerosmelalui pembatasan populasi kumbang.
- Penggunaan Feromon
Feromon
merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya,
mangsanya, tanaman inang dan tempat berkembangbiaknya. Komponen utama
feromon sintetis O. rhinoceros adalah etil-4 metil oktanoat.Feromon
sintetik dipasang di dalam tutup ember yang telah dilubangi dan
dipasang terbalik. Pada dasar ember dimasukkan serbuk gergaji. Pada
pertanaman kelapa, 2 (dua) feromon digunakan untuk 1 (satu) ha.
Penggunaan feromon akan optimal apabila dipadukan dengan komponen
pengendalian lainnya.
BAHAN BACAAN
Buletin Perlindungan Tanaman Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak Edisi IV Juni 2011.
Leaflet Pengenalan dan Pengendalian Hama (Oryctes rhinoceros) Pada Tanaman Kelapa, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Ditjenbun Jakarta. 2010.
Pedoman Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Perkebunan.1998. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Oleh: Ratri Wibawanti, SP
POPT Ahli Pertama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar