Selasa, 16 April 2013

PENGENALAN SPESIMEN SERANGGA HAMA ORDO ODONATA, DERMAPTERA, ISOPTERA DAN THYSANOPTERA

 (Laporan Praktikum Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan)

1.             Latar Belakang
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi.

Menentukan  sebuah  hama atau bukan kita dapat melihat dari pengaruh hama tersebut terhadap responnya terhadap tanaman. Hama banyak diartikan adalah serangga tetapi apakah serangga dapat dipahami sebagai hama semua. Untuk mengetahui serangga yang benar-benar menjadi hama perlu dipahami spesimen-spesimen hama tersebut. Dalam hal ini pengenalan spesimen serangga diperlukan dalam pemahaman kajian sebuah hama. Spesimen yang akan dipahami dalam praktikum ini yaitu spesimen ordo odonata, dermaptera, isoptera danThysanoptera.

2.             Tujuan
Praktikum ini memliki tujuan sebagai berikut:
1.             Mengenal dan memahami tentang spesimen ordo odonata, dermaptera, isoptera danThysanoptera,
2.             Menggambar spesimen ordo odonata, dermaptera, isoptera danThysanoptera,
3.             Mengetahui status, morfologi, dan daur hidup spesimen ordo odonata, dermaptera, isoptera danThysanoptera,
  
 3. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

3.1         Hasil Pengamatan
No.
Gambar
Keterangan
1.
Ordo Odonata
 Capung (Anisoptera)
Capung jarum (Zygomtera)
  

Nympa Capung
Tipe mulut:
menggigit
Metamorfose:
Tidak sempurna (Hemimetabola)
2.
Ordo Demaptera
 Cocopet hitam
 Cocopet
Tipe mulut:
menggigit
Metamorfose:
Tidak sempurna (Hemimetabola)
3.
Ordo Isoptera
 Rayap Pekerja
 Rayap Prajurit
Rayap Ratu
Tipe mulut:
menggigit
Metamorfose:
Tidak sempurna (Paurometabola)
4.
Ordo Thysanoptera
Thrips pradewasa

Thrips dewasa
Tipe mulut:
menusuk
Metamorfose:
Setengah sempurna


3.2         Pembahasan

Ordo Odonata
Capung ini pada jaman tahun 80 an merupakan mainan favorit anak-anak pelosok desa di kawasan Ngaran Kabupaten Sleman Yogyakarta. Bentuk dan gaya terbang yang mirip dengan helicopter ini sangat menarik minat anak-anak untuk dijadikan mainan penganti helicopter yang mewah bagi sebagian orang tua di desa.
Capung merupakan jenis serangga ini hidup dekat air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Kehidupan capung tidak pernah jauh dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur. Telurnya diletakkan pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan kelihatan keesokan harinya di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir antara 1 - 3 cm.

Telurnya tidak begitu kentara namun jika dipegang terasa licin di tangan. Dalam waktu 2 hari biasanya telur sudah menetas. Setelah menetas, larva meninggalkan cangkang berlendirnya yang berada di permukaan air dan hidup melayang-layang dalam air.

Untuk menjamin kelangsungan hidup telur dan anakannya, capung meletakkan telur-telurnya di air yang dianggapnya aman dan tidak tercemar racun yang mematikan. Selain itu, mereka sepertinya punya insting untuk meletakkan telurnya di lokasi yang banyak tersedia makanan. Sehingga tidak heran bila telur-telur capung banyak ditemukan di areal persawahan yang banyak serangga airnya dan juga perkolaman yang banyak benih ikannya.

Setelah menetas, larva (tempayak) dan nimfa (post larva) capung (yang disebut kini-kini) hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung adalah di dalam air. Kini-kini hidup di air dengan dibantu alat pernafasan berupa insang internal, walaupun bernafas dengan insang larva capung dan nimfa mampu hidup di luar air selama berjam-jam.

Menjelang metamorfosis, kini-kini dengan panjang total 2 - 3 cm mulai memanjat tonggak-tonggak kayu atau pematang kolam yang tak jauh dari permukaan air. Metamorfosis didahului terbukanya kulit atau cangkang di sekitar pangkal sayap atau tengkuknya. Selanjutnya kepala muncul secara perlahan-lahan. Seterusnya badan dan bagian ekor akan menyusul sehingga seluruh tubuhnya keluar, termasuk kaki dan sayapnya.

Walaupun setelah melalui proses metamorphosis tidak sempurna undur-undur juga akan berubah menjadi mirip capung jarum namun memiliki antena yang panjang. Ukurannya relatif kecil, bervariasi antar satu spesies dengan lainnya dengan panjang tubuhnya antara 4-10 cm. Kemampuan terbang capung undur-undur ini tidak selincah Capung. Walaupun dari jenis serangga berbeda orang awam sering mengira kedua jenis hewan ini sama. Kalau Capung meletakkan telurnya di air, sedangkan capung undur-undur ini meletakan telurnya di tanah gembur dan berpa

Ordo Demaptera
Saya belum tahu jenis COCOPET yang saya dapat, tapi dari literatur Chelisoches morio Ferr., adalah jenis cocopet yang merupakan predator hama kumbang janur kelapa (Brontispa longissima, Plesispa reichei) (Jelfina C.A dkk., 2004; Jelfina C.A. 2009). Selain kumbang janur, cocopet juga merupakan predator dari beberapa hama lain seperti  Lalat buah pisang (Bactrocera musae, banana fruit fly), Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus), Brontispa sp, Peregrinus maidis (corn planthopper) dan kepik penghisap buah lada (Dasynus piperis).

Siklus hidup cocopet (C. morio) kurang lebih 35,5 hari, seekor betina dapat menghasilkan telur 200-300 butir dengan perbandingan seks rasio 1:1. Stadia nimfa mengalami 5 instar. Kebanyakan jenis cocopet aktif pada malam hari dibandingkan pada siang hari. Stadia nimfa 3, 4 dan imago sangat aktif dan rakus (Anonim, 2004). Informasi kemampuan memangsa cocopet sebagai predator hama kelapa sangat penting diketahui. Selain untuk menunjukkan potensi dan manfaatnya sebagai pengendali hayati, juga dapat memberikan gambaran tentang cara perbanyakan dengan metode sederhana.

Ordo Isoptera
Rayap merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidup rayap  terdiri dari
telur --> nympa  --> dewasa

sedangkan semut ber-metamorfosis sempurna yang meliputi fase
telur --> larva --> pupa --> dewasa.

Kelompok serangga ini mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan serangga lainnya. Kemampuan ini karena rayap hidup dalam sebuah koloni yang mempu bertahan hidup lama. Dalam setiap koloni rayap pada umumnya terdapat tiga kasta yang dinamai menurut fungsinya masing-masing:
- Kasta Pekerja
- Kasta Prajurit
- Kasta Reproduksi (Primer : Raja & Ratu dan Suplementer)

Dalam hal ini bentuk (morfologi) dari setiap kasta berbeda satu dengan yang lain yang sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Kasta pekerja merupakan anggota yang terbanyak jumlahnya dalam koloni, berwarna pucat tanpa mata faset. Mendibelnya relatif kecil bila dibandingkan dengan Kasta prajurit. Kasta pekerja berfungsi mencari makan, merawat telur, membuat serta memelihara sarang. Mereka berperan dalam mengatur efektivitas koloni dengan jalan membunuh dan memakan individu-individu yang lemah atau mati untuk menghemat energi dalam koloninya. Sifat kanibalisme seperti ini umum pada setiap jenis rayap dan sering berhubungan erat dengan perilaku lainnya yang disebut TROFALAKSIS, yakni saling menjilat tubuh sesamanya sekaligus memakan lapisan kutikulapada stomodaeum atau proktodaeum yang dikeluarkan pada proses ganti kulit (ecdysis).

Kasta Reproduksi Primer, terdiri dari serangga-serangga dewasa yang bersayap dan menjadi pendiri koloni (raja dan ratu). Bila masa perkawinan telah tiba imago-imago ini terbang keluar dari sarang dalam jumlah yang besar. Masa bersilang (swarming) ini merupakan masa perkawinan dimana seasang imago (jantan dan betina) bertemu dan segera menanggalkan sayapnya serta mencari tempat yang sesuai di dalam tanah atau kayu. Tugas dari ratu sepanjang hidupnya adalah bertelur sedangkan makanannya dilayani oleh para pekerja. Seekor ratu mampu hidup 6 sampai 20 tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Apabila reproduktif primer mati atau koloni membutuhkan penambahan reproduktif bagi perluasan koloninya maka dapat dibentuk reproduktif sekunder (neoten). Neoten juga akan terbentuk jika sebagian suatu koloni terpisah (terisolasi) dari sarang utamanya sehingga suatu koloni baru terbentuk. Kasta ini dapat terbentuk beberapa kali dalam jumlah yang besar sesuai dengan perkembangan koloni. Kasta prajurit mudah dikenal karena bentuk kepalanya besar dengan penebalan kulit yang nyata. Kasta ini mempunyai rahang (mandibula) yang besar dan kuat. Kasta prajurit berfungsi melindungi koloni terhadap gangguan dari luar.

Ordo Thysanoptera
Thrips pada cabe termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci. Pada sub ordo  ini terdapat  ovipositor  yang  berfungsi untuk  menusuk  dan  meletakkan telur kedalam jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/ setengah sempurna yaitu mulai dari telur  kemudian  nimfa/thrips  muda  berwarna  putih  atau  kuning  baru  setelah  itu menjadi thrips dewasa sebelum mengalami dua  sampai empat  instar.

Thrips dapat berkembang biak secara generatif (kawin) maupun vegetatif melalui  proses  Phartenogenesis,  misalnya  thrips  yang  mengalami phartenogenesis adalah Thrips tabaci yang menyerang tembakau. Perkembangbiakan secara phartenogenesis akan menghasilkan serangga-serangga jantan. Menurut  Kalshoven (1981) bahwa imago  betina Thrips dapat  meletakkan telur sekitar 15 butir secara berkelompok kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubasi telur sekitar 7 hari.
Telur  dari hama  ini berbentuk  oval atau  bahkan  mirip  seperti ginjal pada manusia, imago betina akan memasukkkan telurnya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang besar,dengan rata-rata 80 butir tiap induk. letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur  ini akan menetas sekitar 3 atau7 hari setelah pelatakan oleh imago betina.

Bila kondisi menguntungkan dan makanan cukup tersedia, maka seekor trips betina mampu meletakkan telur 200–250 butir. Telur berukuran sangat kecil, biasanya diletakkan di jaringan muda daun, tangkai kuncup dan buah. Thrips muda atau nimfa akan berwarna putih pucat atau pucat kekuningan sampai kepada berwarna jernih. Biasanya Thrips muda ini gerakannya masih sangat lambat dan pergerakannya hanya terbatas pada tempat dimana dia memperoleh makanan. Nimfa terdiri dari empat instar, dan Instar pertama sudah mulai menyerang tanaman. sayap baru akan terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari.
Nimfa trips instar pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit.

Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat. Pada akhir instar ini, trips biasanya mencari tempat di tanah atau timbunan jerami di bawah kanopi tanaman. Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti Telur serta instar 1-4 sampai imago hama Thrips

Imago akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap  yang  ukurannya  relatif panjang  dan  sempit,  imago  ini  tubuhnya  berwarna kuning pucat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina  dapat  bertelur  sampai  80  butir  yang  diletakkannya  ke  dalam  jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam.
Pada Imago, panjang sayap melebihi panjang perutnya. Ukuran trips betina 0,7–0,9 mm, trips jantan lebih pendek. Dalam satu tahun terdapat 8–12 generasi. Pada musim kemarau, perkembangan telur sampai dewasa 13–15 hari dan stadium dewasa berkisar 15–20 hari. bila suhu di sekitar tanaman meningkat, maka trips akan berkembang sangatcepat.

Pada  permukaan  daun  akan  terdapat  bercak-bercak  yang  berwarna  putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka daun akan memutih seluruhnya mirip seperti warna perak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga terdapat bisul-bisul. Kotoran- kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman yang diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja tumbuh, bunga serta buah cabai yang masih muda.

Tanaman cabai yang pertumbuhannya lemah sering sekali mendapat serangan, hal ini dikarenakan ketebalan epidermisnya yang kurang atau tidak normal. Maka akan terjadi pertumbuhan yang abnormal sehingga pembentukan bunga dan buah akan terhambat.

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa hama Thrips ini sudah menyerang tanaman cabai dimulai saat nimfa sampai kepada imago. Artinya begitu telur menetas menjadi nimfa maka akan langsung menghisap cairan tanaman. Nimfa biasanya bergerak jauh lebih lambat daripada imago, hal ini penting untuk membedakan antara imago  dengan nimfa, Kotoran hama ini yang  berbentuk  seperti tetes hitam dapat menutupi  jaringan  daun  yang  diserangnya  sehingga  daun  berubah  menjadi  hitam.


 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah:
1.      Tipe mulut menusuk didapat pada ordo Thysanoptera dan menggigit pada ordo Dermaptera, isoptera, dan Odonata
2.      Untuk metamorfosis setengah sempurna didapat pada ordo Thysanoptera dan metamorfosis tidak sempurna pada ordo Dermaptera, isoptera, dan Odonata
3.      Pada rayap terdapat tiga kasta yaitu kasta prajurit, pekerja dan ratu
4.      Siklus tidak sempurna yaitu telur --> nympa  --> dewasa
5.      Siklus setengah sempurna yaitu telur --> larva --> pupa --> imago metamorfosis setengah sempurna, yang proses menuju dewasa hanya melibatkan unsur ganti kulit dan ganti ukur. Contohnya, Jangkrik, dari telur, ke jangkrik muda yang bentuknya hampir mirip dengan jangkrik tua dan akhirnya menjadi jangkrik tua.

6      
DAFTAR PUSTAKA

Aldin,2011:ORDO ODONATA & ORDO ORTHOPTERA, http://valdinno.blogspot.com/, diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 01.42
Anonim. 2004. Metode pengembangbiakan Chelisoches morio untuk pengendalian hama penghisap buah lada Dasyus piperis. Laporan Kerja BCA Specialist 2002-2004. Lampiran 3. Integrated Pest Management for Smallholder Estate Crop Project (IPM-SECP). 4 hal.
Jelfina C. Alouw, F. Tumewan dan M.L.A Hosang. 2004. Pengendalian Hayati Hama Kumbang Bibit Kelapa Plesispa reichei (Chapuis) (Coleoptera: Chrysomellidae). Makalah Pertemuan Pengembangan Teknologi Perlindungan Perkebunan Regional Kalimantan T.A. 2004. Proyek Proteksi Tanaman Perkebunan Kalimantan Barat, Pontianak. 2004.
Lutfi,2011, THRIPS (Thrips Sp), http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/08/thrips-thrips-sp.html, diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 02.36
Sentricon 2010, Biologi Rayap, http://termite-killer.blogspot.com/, diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 02.19
Wikipedia,2013; https://id.wikipedia.org/wiki/Capung, diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 01.43

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *