PENGENALAN SPESIMEN SERANGGA HAMA ORDO ODONATA, DERMAPTERA, ISOPTERA DAN THYSANOPTERA
(Laporan Praktikum Ilmu Hama Penyakit
Tumbuhan)
1.
Latar
Belakang
Organisme
penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia
baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu
tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma.
Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga,
tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis
pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid,
nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi.
Menentukan sebuah
hama atau bukan kita dapat melihat dari pengaruh hama tersebut terhadap
responnya terhadap tanaman. Hama banyak diartikan adalah serangga tetapi apakah
serangga dapat dipahami sebagai hama semua. Untuk mengetahui serangga yang
benar-benar menjadi hama perlu dipahami spesimen-spesimen hama tersebut. Dalam
hal ini pengenalan spesimen serangga diperlukan dalam pemahaman kajian sebuah
hama. Spesimen yang akan dipahami dalam praktikum ini yaitu spesimen ordo
odonata, dermaptera, isoptera danThysanoptera.
2.
Tujuan
Praktikum ini memliki
tujuan sebagai berikut:
1.
Mengenal dan memahami tentang spesimen
ordo odonata, dermaptera, isoptera danThysanoptera,
2.
Menggambar spesimen ordo odonata,
dermaptera, isoptera danThysanoptera,
3.
Mengetahui status, morfologi, dan daur
hidup spesimen ordo odonata, dermaptera, isoptera danThysanoptera,
3. Hasil
Pengamatan dan Pembahasan
3.1
Hasil
Pengamatan
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Ordo
Odonata
Capung (Anisoptera)Capung jarum (Zygomtera)
Nympa Capung
|
Tipe mulut:
menggigit
Metamorfose:
Tidak sempurna (Hemimetabola)
|
2.
|
Ordo
Demaptera
Cocopet
hitam
Cocopet
|
Tipe mulut:
menggigit
Metamorfose:
Tidak sempurna (Hemimetabola)
|
3.
|
Ordo
Isoptera
Rayap
PekerjaRayap Prajurit
Rayap Ratu
|
Tipe mulut:
menggigit
Metamorfose:
Tidak sempurna (Paurometabola)
|
4.
|
Ordo
Thysanoptera
Thrips
pradewasa
Thrips
dewasa
|
Tipe mulut:
menusuk
Metamorfose:
Setengah sempurna
|
3.2
Pembahasan
Ordo Odonata
Capung
ini pada jaman tahun 80 an merupakan mainan favorit anak-anak pelosok desa di
kawasan Ngaran Kabupaten Sleman Yogyakarta. Bentuk dan gaya terbang yang mirip
dengan helicopter ini sangat menarik minat anak-anak untuk dijadikan mainan
penganti helicopter yang mewah bagi sebagian orang tua di desa.
Capung
merupakan jenis serangga ini hidup dekat air, tempat mereka bertelur dan
menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Kehidupan capung tidak pernah jauh
dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur. Telurnya diletakkan pada
tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di
air yang menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya
di air yang agak deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan
kelihatan keesokan harinya di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur
kodok yang dibaluti lendir panjang lendir antara 1 - 3 cm.
Telurnya
tidak begitu kentara namun jika dipegang terasa licin di tangan. Dalam waktu 2
hari biasanya telur sudah menetas. Setelah menetas, larva meninggalkan cangkang
berlendirnya yang berada di permukaan air dan hidup melayang-layang dalam air.
Untuk
menjamin kelangsungan hidup telur dan anakannya, capung meletakkan
telur-telurnya di air yang dianggapnya aman dan tidak tercemar racun yang
mematikan. Selain itu, mereka sepertinya punya insting untuk meletakkan
telurnya di lokasi yang banyak tersedia makanan. Sehingga tidak heran bila
telur-telur capung banyak ditemukan di areal persawahan yang banyak serangga
airnya dan juga perkolaman yang banyak benih ikannya.
Setelah
menetas, larva (tempayak) dan nimfa (post larva) capung (yang disebut
kini-kini) hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis, dan
akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup
capung adalah di dalam air. Kini-kini hidup di air dengan dibantu alat
pernafasan berupa insang internal, walaupun bernafas dengan insang larva capung
dan nimfa mampu hidup di luar air selama berjam-jam.
Menjelang
metamorfosis, kini-kini dengan panjang total 2 - 3 cm mulai memanjat
tonggak-tonggak kayu atau pematang kolam yang tak jauh dari permukaan air.
Metamorfosis didahului terbukanya kulit atau cangkang di sekitar pangkal sayap
atau tengkuknya. Selanjutnya kepala muncul secara perlahan-lahan. Seterusnya
badan dan bagian ekor akan menyusul sehingga seluruh tubuhnya keluar, termasuk
kaki dan sayapnya.
Walaupun
setelah melalui proses metamorphosis tidak sempurna undur-undur juga akan
berubah menjadi mirip capung jarum namun memiliki antena yang panjang.
Ukurannya relatif kecil, bervariasi antar satu spesies dengan lainnya dengan
panjang tubuhnya antara 4-10 cm. Kemampuan terbang capung undur-undur ini tidak
selincah Capung. Walaupun dari jenis serangga berbeda orang awam sering mengira
kedua jenis hewan ini sama. Kalau Capung meletakkan telurnya di air, sedangkan
capung undur-undur ini meletakan telurnya di tanah gembur dan berpa
Ordo Demaptera
Saya
belum tahu jenis COCOPET yang saya dapat, tapi dari literatur Chelisoches morio
Ferr., adalah jenis cocopet yang merupakan predator hama kumbang janur kelapa
(Brontispa longissima, Plesispa reichei) (Jelfina C.A dkk., 2004; Jelfina C.A.
2009). Selain kumbang janur, cocopet juga merupakan predator dari beberapa hama
lain seperti Lalat buah pisang
(Bactrocera musae, banana fruit fly), Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus),
Brontispa sp, Peregrinus maidis (corn planthopper) dan kepik penghisap buah
lada (Dasynus piperis).
Siklus
hidup cocopet (C. morio) kurang lebih 35,5 hari, seekor betina dapat
menghasilkan telur 200-300 butir dengan perbandingan seks rasio 1:1. Stadia
nimfa mengalami 5 instar. Kebanyakan jenis cocopet aktif pada malam hari
dibandingkan pada siang hari. Stadia nimfa 3, 4 dan imago sangat aktif dan
rakus (Anonim, 2004). Informasi kemampuan memangsa cocopet sebagai predator
hama kelapa sangat penting diketahui. Selain untuk menunjukkan potensi dan
manfaatnya sebagai pengendali hayati, juga dapat memberikan gambaran tentang
cara perbanyakan dengan metode sederhana.
Ordo Isoptera
Rayap
merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidup rayap terdiri dari
telur
--> nympa --> dewasa
sedangkan
semut ber-metamorfosis sempurna yang meliputi fase
telur
--> larva --> pupa --> dewasa.
Kelompok
serangga ini mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan serangga
lainnya. Kemampuan ini karena rayap hidup dalam sebuah koloni yang mempu
bertahan hidup lama. Dalam setiap koloni rayap pada umumnya terdapat tiga kasta
yang dinamai menurut fungsinya masing-masing:
-
Kasta Pekerja
-
Kasta Prajurit
-
Kasta Reproduksi (Primer : Raja & Ratu dan Suplementer)
Dalam
hal ini bentuk (morfologi) dari setiap kasta berbeda satu dengan yang lain yang
sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Kasta
pekerja merupakan anggota yang terbanyak jumlahnya dalam koloni, berwarna pucat
tanpa mata faset. Mendibelnya relatif kecil bila dibandingkan dengan Kasta
prajurit. Kasta pekerja berfungsi mencari makan, merawat telur, membuat serta
memelihara sarang. Mereka berperan dalam mengatur efektivitas koloni dengan
jalan membunuh dan memakan individu-individu yang lemah atau mati untuk
menghemat energi dalam koloninya. Sifat kanibalisme seperti ini umum pada
setiap jenis rayap dan sering berhubungan erat dengan perilaku lainnya yang
disebut TROFALAKSIS, yakni saling menjilat tubuh sesamanya sekaligus memakan
lapisan kutikulapada stomodaeum atau proktodaeum yang dikeluarkan pada proses
ganti kulit (ecdysis).
Kasta
Reproduksi Primer, terdiri dari serangga-serangga dewasa yang bersayap dan
menjadi pendiri koloni (raja dan ratu). Bila masa perkawinan telah tiba
imago-imago ini terbang keluar dari sarang dalam jumlah yang besar. Masa
bersilang (swarming) ini merupakan masa perkawinan dimana seasang imago (jantan
dan betina) bertemu dan segera menanggalkan sayapnya serta mencari tempat yang
sesuai di dalam tanah atau kayu. Tugas dari ratu sepanjang hidupnya adalah
bertelur sedangkan makanannya dilayani oleh para pekerja. Seekor ratu mampu hidup
6 sampai 20 tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Apabila reproduktif
primer mati atau koloni membutuhkan penambahan reproduktif bagi perluasan
koloninya maka dapat dibentuk reproduktif sekunder (neoten). Neoten juga akan
terbentuk jika sebagian suatu koloni terpisah (terisolasi) dari sarang utamanya
sehingga suatu koloni baru terbentuk. Kasta ini dapat terbentuk beberapa kali
dalam jumlah yang besar sesuai dengan perkembangan koloni. Kasta prajurit mudah
dikenal karena bentuk kepalanya besar dengan penebalan kulit yang nyata. Kasta
ini mempunyai rahang (mandibula) yang besar dan kuat. Kasta prajurit berfungsi
melindungi koloni terhadap gangguan dari luar.
Ordo Thysanoptera
Thrips
pada cabe termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci. Pada sub ordo ini terdapat
ovipositor yang berfungsi untuk menusuk
dan meletakkan telur kedalam
jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar,
langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/ setengah sempurna yaitu mulai
dari telur kemudian nimfa/thrips
muda berwarna putih
atau kuning baru
setelah itu menjadi thrips dewasa
sebelum mengalami dua sampai empat instar.
Thrips
dapat berkembang biak secara generatif (kawin) maupun vegetatif melalui proses
Phartenogenesis, misalnya thrips
yang mengalami phartenogenesis
adalah Thrips tabaci yang menyerang tembakau. Perkembangbiakan secara
phartenogenesis akan menghasilkan serangga-serangga jantan. Menurut Kalshoven (1981) bahwa imago betina Thrips dapat meletakkan telur sekitar 15 butir secara
berkelompok kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubasi telur
sekitar 7 hari.
Telur dari hama
ini berbentuk oval atau bahkan
mirip seperti ginjal pada manusia,
imago betina akan memasukkkan telurnya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan
bantuan ovipositornya yang tajam. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak
terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang
besar,dengan rata-rata 80 butir tiap induk. letak telur akan mudah diketahui dengan
memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar
jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur ini akan menetas sekitar 3 atau7 hari setelah
pelatakan oleh imago betina.
Bila
kondisi menguntungkan dan makanan cukup tersedia, maka seekor trips betina
mampu meletakkan telur 200–250 butir. Telur berukuran sangat kecil, biasanya
diletakkan di jaringan muda daun, tangkai kuncup dan buah. Thrips muda atau
nimfa akan berwarna putih pucat atau pucat kekuningan sampai kepada berwarna
jernih. Biasanya Thrips muda ini gerakannya masih sangat lambat dan
pergerakannya hanya terbatas pada tempat dimana dia memperoleh makanan. Nimfa
terdiri dari empat instar, dan Instar pertama sudah mulai menyerang tanaman.
sayap baru akan terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari.
Nimfa
trips instar pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan
mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan
tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning
kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit.
Pada
instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya
dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar
ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat.
Pada akhir instar ini, trips biasanya mencari tempat di tanah atau timbunan
jerami di bawah kanopi tanaman. Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips
lebih pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur
berhenti Telur serta instar 1-4 sampai imago hama Thrips
Imago
akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap yang
ukurannya relatif panjang dan
sempit, imago ini
tubuhnya berwarna kuning pucat
sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina dapat
bertelur sampai 80
butir yang diletakkannya
ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan
ovipositornya yang tajam.
Pada
Imago, panjang sayap melebihi panjang perutnya. Ukuran trips betina 0,7–0,9 mm,
trips jantan lebih pendek. Dalam satu tahun terdapat 8–12 generasi. Pada musim
kemarau, perkembangan telur sampai dewasa 13–15 hari dan stadium dewasa berkisar
15–20 hari. bila suhu di sekitar tanaman meningkat, maka trips akan berkembang
sangatcepat.
Pada permukaan
daun akan terdapat
bercak-bercak yang berwarna
putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam
jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut.
Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka daun
akan memutih seluruhnya mirip seperti warna perak. Lama kelamaan bercak ini
akan berubah menjadi warna coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai
yang terserang hebat maka tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang
juga terdapat bisul-bisul. Kotoran- kotoran dari Thrips ini akan menutup
permukaan daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman
yang diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja
tumbuh, bunga serta buah cabai yang masih muda.
Tanaman
cabai yang pertumbuhannya lemah sering sekali mendapat serangan, hal ini
dikarenakan ketebalan epidermisnya yang kurang atau tidak normal. Maka akan
terjadi pertumbuhan yang abnormal sehingga pembentukan bunga dan buah akan
terhambat.
Seperti
yang dijelaskan diatas bahwa hama Thrips ini sudah menyerang tanaman cabai
dimulai saat nimfa sampai kepada imago. Artinya begitu telur menetas menjadi
nimfa maka akan langsung menghisap cairan tanaman. Nimfa biasanya bergerak jauh
lebih lambat daripada imago, hal ini penting untuk membedakan antara imago dengan nimfa, Kotoran hama ini yang berbentuk
seperti tetes hitam dapat menutupi
jaringan daun yang
diserangnya sehingga daun
berubah menjadi hitam.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
didapat dari praktikum ini adalah:
1.
Tipe mulut menusuk didapat pada ordo
Thysanoptera dan menggigit pada ordo Dermaptera, isoptera, dan Odonata
2.
Untuk metamorfosis setengah sempurna
didapat pada ordo Thysanoptera dan metamorfosis tidak sempurna pada ordo
Dermaptera, isoptera, dan Odonata
3.
Pada rayap terdapat tiga kasta yaitu
kasta prajurit, pekerja dan ratu
4.
Siklus tidak sempurna yaitu telur -->
nympa --> dewasa
5.
Siklus setengah sempurna yaitu telur -->
larva --> pupa --> imago metamorfosis setengah sempurna, yang proses
menuju dewasa hanya melibatkan unsur ganti kulit dan ganti ukur. Contohnya,
Jangkrik, dari telur, ke jangkrik muda yang bentuknya hampir mirip dengan
jangkrik tua dan akhirnya menjadi jangkrik tua.
6
DAFTAR PUSTAKA
Aldin,2011:ORDO
ODONATA & ORDO ORTHOPTERA, http://valdinno.blogspot.com/,
diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 01.42
Anonim.
2004. Metode pengembangbiakan Chelisoches morio untuk pengendalian hama
penghisap buah lada Dasyus piperis. Laporan Kerja BCA Specialist 2002-2004.
Lampiran 3. Integrated Pest Management for Smallholder Estate Crop Project
(IPM-SECP). 4 hal.
Jelfina
C. Alouw, F. Tumewan dan M.L.A Hosang. 2004. Pengendalian Hayati Hama Kumbang
Bibit Kelapa Plesispa reichei (Chapuis) (Coleoptera: Chrysomellidae). Makalah
Pertemuan Pengembangan Teknologi Perlindungan Perkebunan Regional Kalimantan
T.A. 2004. Proyek Proteksi Tanaman Perkebunan Kalimantan Barat, Pontianak.
2004.
Lutfi,2011,
THRIPS (Thrips Sp), http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/08/thrips-thrips-sp.html,
diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 02.36
Sentricon
2010, Biologi Rayap, http://termite-killer.blogspot.com/, diakses pada tanggal
17 April 2013, pukul 02.19
Wikipedia,2013;
https://id.wikipedia.org/wiki/Capung,
diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 01.43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar