MEMAHAMI PROSES PENGARUH ASAM DAN BASA PADA pH JARINGAN TANAMAN
MEMAHAMI
PROSES PENGARUH ASAM DAN BASA
PADA pH JARINGAN TANAMAN
Oleh :
Nama : NURHUDIMAN
NPM : 1114121146
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Bandar Lampung
2011
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
Makalah : Memahami Proses Pengaruh
Asam dan Basa Pada pH Jaringan Tanaman
Tempat :
Laboratorium botani
Hari/Tanggal :
Senin, 3 Oktober 2011
Nama ` : NURHUDIMAN
NPM : 1114121146
Kelompok : 5 (lima)
Jurusan :
AGROEKOTEKNOLOGI
Fakultas : PERTANIAN
Bandar
Lampung, 3 Oktober 2011
Menyetujui
Asisten Dosen,
Tia
Indrawati kesuma
NPM
: 0917021051
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Konsep pH pertama kali
diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren
Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti
makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan
mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp
(pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa
Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat),
dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby
mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p
adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma
negatif".(Sumber :"http://id.wikipedia.org/wiki/PH)
pH
adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki
oleh suatu larutan.
Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas
ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut.Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional. (Sumber
:"http://id.wikipedia.org/wiki/PH)
Air murni bersifat netral,
dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH
kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan
dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran
pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri
pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa
(keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi
lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah. (Sumber :"http://id.wikipedia.org/wiki/PH)
Di sinilah nanti kita akan belajar
mengamati pH suatu organ tumbuhan proses perubahan warna pada jaringan tumbuhan
dengan membedakan warna perubahan terhadap ditambahkannya zat-zat tertemyu
sesuai takarannya.
B. Tujuan
a.
Sebagai salah satu penilaian dari
praktik biologi
b. Memahami
dan mengerti cara mengamati pH jaringan pada tanaman dengan melihat perubahan
warnanya.
c. Menambah
pengetahuan di bidang sains
d. Dapat
menggolongkan pH baik asam ataupun basa
dalam organ tanaman tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
pH
adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan
yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H+) yang terlarut. Tingkat keasaman (acidity) dan kebasaan (alkalinity) diukur dengan suatu standar
yang didasarkan pada ionasi ringan yang dialami air. Keasaman ditentukan oleh
konsentrasi H+, sedangkan kebasaan adalah fungsi dari konsentrasi OH-.
Nilai pH yang ditemui pada kebanyakan organisme dan bagian-bagianya biasanya
mendekati ke netral. (Sumber : George H.
Fried, Ph.D)
Koefisien aktivitas
ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional Reaksi umum yang terjadi pada titrasi
asam basa dapat ditulis sesuai dengan reaksi kedua diatas. Ion H+ bereaksi
dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi pada titik
ekuivalen pH larutan adalah netral. (Sumber :"http://id.wikipedia.org/wiki/PH")
Kelebihan ion H+ atau OH- yang
dihasilkan selama berlangsungnya reaksi metabdik dinetralkan atau diserap, oleh
sistem kimiawi yang disebut dapar (buffer).
Sistem tersebut seringkali terdiri dari asam lemah dan garamnya. Ion H+
yang berlebihan ditangkap oleh ion dari garam sistem dapar untuk ruang hasilkan
yang lebih banyak asam lemahnya, yang relatif tetap berada dalam keadaan tidak
terurai. (Sumber : George H. Fried, Ph.D)
Ion OH- yang berlebihan akan
berkombinasi dengan asam lemah dan menyebabkan melepaskan, ion H+ -nya kedalam
larutan. Hal tersebut akan mencegah pengurangan konsentrasi ion H+ dalam jumlah
besar dan peningkatan pH yang mengikuti peristiwa tersebut. Diantara
sistem-sistem dapar yang menjaga kekonstaan relatif pH adalah sistem asam
karbonat –ion bikarbonat dalam tubuh organisme atau sejumlah sel. Sistem dapar
bekerja efektif dalam menghadapi perubahan pH tingkat sedang, tapi bisa gagal
bekerja jika peningkatan asam/basanya terlalu besar. (Sumber : George H. Fried, Ph.D)
Menentukan pH dapat menggunakan
phmeter pH yang normal adalah tujuh, lebih dari tujuh adalah basa dan kurang
dari tujuh adalah asam. Warnanya pun berebeda dalam melihatnya dapat
menggunakan kertas lakmus apabila berwarna hijau berati basa dan merah
menandakan asam. (Sumber :"http://id.wikipedia.org/wiki/PH")
Menurut Arrhenius, asam adalah
senyawa yang bila dilaruttkan dalam air akan meningkatkan konsentrasi ion
hidrogen H+ di atas nilainya dalam murni. Sedangkan basa meningkatkan konsentrasi
ion hidroksida (OH-). Pengertian ini diprekenalkan pada abad ke-19 telah umum
dianggap untuk mengakomodasi lebih banyak bagi kelas senyawa yang secara kimia
mirip dengan asam dan basa yang sudah di kenal. (Sumber : David W)
Indikator adalah zat warna larut
yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. Jenis
indikator yang khas adalah asam organik yang lemah mempunyai warna berbeda dari
basa konjugatnya. Perubahan warna indikator mencerminkan pengaruh asam dan basa
lainya yang terdapat dalam larutan. (Sumber
: David W)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat
dan waktu
Percobaan
ini dilakukan di laboratorium biologi pada tanggal 3 Oktober 2011, pukul 10.00 sd 12.00 WIB.
B. Alat
dan bahan yang digunakan :
Dalam kegiatan praktikum alat dan bahan yang
digunakan seperti:
1. Bunga
asoka, bunga trompet dan bayam merah yang merupakan bahan yang di gunakan
sebagai percobaan untuk di lihat perubahan warnanya.
2. Asam
asetat. HCL, KOH, adalah cairan yang di gunakan untuk menetukan reaksi pada
bahan yang di praktikan.
3. Mortar/penumbuk
di gunakan untuk menghancurkan/melunakkan bahan-bahan yang di jadikan praktik.
4. Erlemenyer
sebagai wadah untuk membuat larutan HCL, Asam asetat. KOH serta bahan-bahan
yang telah menjadi cairan.
5. Pipet
digunakan untuk mengambil ekstrak Asam asetat, HCL, dan KOH.
6. Tabung
reaksi sebagai wadah tempat terjadinya reaksi.
C. Cara
kerja
a. Tumbuk
halus 1 gram kol bayam merah dan
tambahkan 59 ml air suling sampai berwarna merah
b. Saring
cairan yang diperoleh kedalam Erlenmeyer
c. Sediakan
3 tabung reaksi, pipet masing-masing 2 ml cairan ke tabung reaksi
d. Di
dalam tabung reaksi 1 tambahkan beberapa tetes asam asetat, tabung reaksi 2
tambahkan beberapa tetes HCL, dan tabung reaksi 3 tambahkan beberapa tetes KOH
e. Mengamati
perubahan warna cairan. Dan diulangi percobaan menggunakan bunga asoka dan
bunga trompet.
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan di laboratorium bunga trompet, bunga asoka, bayam merah yang telah di
ambil airnya ternyata mengalami perubahan warna ketika diberikan HCL, KOH, dan
Asam asetat berikut ini daftar hasil percobaan kemarin :
Sampel
|
Warna ekstrak
|
HCL
|
KOH
|
Asam asetat
|
|
Bunga trompet
|
Ungu kecoklatan
|
Pink (merah muda)
|
Hijau muda
|
Orange
|
|
Bunga asoka
|
Merah muda
|
Merah
|
hijau
|
pink
|
|
Bayam merah
|
coklat
|
Tidak bereaksi
|
Tidak bereaksi
|
hijau
|
|
B. Pembahasan
Setelah kita melakukan percobaan
dan didapatkan warna yang berbeda dari ekstraknya menandakan pH yang di berikan
pada beberapa tetes cairan memiliki perbedaan pH dan di dapat juga hasil yang
berbeda pH dan warnanya setelah di campurkan beberapa tetes cairan.
Dari hasil percobaan dapat di
jelaskan pada masing-masing sampel percobaannya.
1.
Bunga trompet
Bunga trompet memiliki warna
ekstrak ungu kecoklatan yang berati pH pada bunga trompet netral. Di berikan
HCl menjadi warna orange yang berati mendekati netral. Di berikan Asam asetat
warnanya menjadi coklat muda dan sudah masuk di kelompok pH asam, terakhir yang
di tambah tetesan KOH warnanya hijau muda menandakan pH nya basa.
2.
Bunga asoka
Bunga asoka memiliki warna ekstrak
merah muda menandakan mendekati netral. Di berikan HCl menjadi merah menandakan
asam, di berikan Asam asetat tetap merah muda dan tidak mengalami perubahan
warna dan masih tetap mendekati netral. Terkahir di berikan KOH warnanya
menjadi hijau menandakan basa.
3.
Bayam merah
Bayam merah memiliki warna ekstrak
coklat menandakan basa, dan di tambahkan HCl dan Asam asetat warnanya tidak
berubah tetap berwarna coklat yang menandakan basa dan di berikan KOH menjadi
hijau menandakan tetap basa.
BAB V KESIMPULAN
Percobaan di atas bisa di simpulkan
:
1. Semua
sampel yang di coba memliki warna ekstrak yang berbeda dan keadaan pH nya juga
berbeda ketika di tambahkan tetesan.
2. Cairan
ada yang berubah dan ada yang tidak. Warna hijau menandakan keadaan pH nya basa
dan berati pH pada sampel tersebut di atas tujuh.
3. Warna
merah menandakan keadaan asam dan pH di bawah tujuh.
4. warna
pink menandakan normal yang pH nya tujuh.
5. Dari
sampel yang telah di coba yang mempunyai keadaan basa dan tidak dapat berubah
menjadi asam adalah bayam merah dan untuk bunga trompet dan bunga asoka dapat
berubah-ubah tergantung cairan apa yang diberikan.
DAFTAR
PUSTAKA
"The
Measurement of pH - Definition, Standards and Procedures – Report of the
Working Party on pH, IUPAC Provisional Recommendation"]. 2 September 2001.
http://www.iupac.org/reports/provisional/abstract01/rondinini_prs.pdf. A proposal to revise the current IUPAC 1985 and ISO
31-8 definition of pH.
Rossotti,
F.J.C. (1965). "Potentiometric titrations using Gran plots: A textbook
omission". J. Chem. Ed. 42: 375–378.
Mendham, J.;
Denney, R. C.; Barnes, J. D.; Thomas, M.J.K.; Denney, R. C.; Thomas, M. J. K.
(2000), Vogel's Quantitative Chemical Analysis (edisi ke-6th), New York:
Prentice Hall, ISBN 0-582-22628-7 Section 13.23,
"Determination of pH"
George H Fried,
Ph.D dkk,. Teori dan soal-soal biologi
Jakarta:Erlangga.2005
David W, dkk, Prinsip-prinsip kimia modern edisi keempat
Jakarta:Erlangga.2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar