Rabu, 31 Juli 2013

PENERAPAN BUDIDAYA SAYURAN SECARA VERTIKULTUR DI DUSUN PENGGETAHAN DESA PULAU PAHAWANG KEC. PUNDUH PEDADA KAB. PESAWARAN



PKM-M 2012
 
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PENERAPAN BUDIDAYA SAYURAN SECARA VERTIKULTUR DI DUSUN PENGGETAHAN DESA PULAU PAHAWANG KEC. PUNDUH PEDADA KAB. PESAWARAN
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENGABDIAN MASYARAKAT
Diusulkan oleh:
Lugito
1114121122
Angkatan 2011
Annisa Ika Pratiwi Harahap
1114121030
Angkatan 2011
Habiba Nurul Istiqomah
1114121095
Angkatan 2011
Mayasari
1114121130
Angkatan 2011
Nurhudiman
1114121146
Angkatan 2011


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

A. JUDUL PROGRAM

PENERAPAN BUDIDAYA SAYURAN SECARA VERTIKULTUR DI DUSUN PENGGETAHAN DESA PULAU PAHAWANG KEC. PUNDUH PEDADA KAB. PESAWARAN


B.       LATAR BELAKANG
Sejak dahulu sayuran sudah dikenal sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat yang diperlukan tubuh. Meskipun vitamin, mineral, dan serat hanya diperlukan dalam jumlah sedikit, namun vital pengaruhnya bagi kesehatan apabila kebutuhannya tidak terpenuhi. Sayangnya, tidak semua orang mengerti dan sadar akan pentingnya sayuran. Penyebabnya bisa saja karena masyarakat memang tidak menyukai sayuran atau masyarakat kesulitan dalam mendapatkan sayuran akibat lokasi yang terpencil, jauh dari pasar, dan pengetahuan masyarakat  yang minim mengenai teknik budidaya sayuran secara non-konvensional.
Sebagai contoh, kesulitan dalam mendapatkan sayuran dapat ditemukan di Dusun Penggetahan Pulau Pahawang Kec. Punduh Pedada Kab. Pesawaran. Letak geografisnya sebagai pulau yang terletak cukup jauh dari pusat kabupaten membuat penduduk pulau ini sulit mengakses pasar guna memenuhi kebutuhan sayuran. Penduduk Pulau Pahawang harus menempuh jarak kurang lebih 1,5 jam perjalanan untuk menuju pasar Hanura, pasar yang terdekat dari Pulau Pahawang, ditambah biaya akomodasi dari dan ke pasar Hanura yang menghabiskan dana sebesar Rp 30.000,00.  Selain itu, bila dilihat dari kultur masyarakatnya terutama kaum ibu, banyak di antara mereka yang tidak memiliki kegiatan, dalam artian menganggur setelah mengerjakan aktivitas rumah tangga. Sehingga perlu dilakukan pemberdayaan untuk mengoptimalkan peran mereka sebagai motor penggerak rumah tangga atau bisa disebut juga pemberdayaan perempuan.
Sebenarnya budidaya sayuran cukup mudah dilakukan. Masyarakat akan mendapat kemudahan dan manfaat yang lebih dalam mengakses sayuran dengan membudidayakan sayuran secara mandiri. Hanya saja terdapat gangguan hewan seperti anjing menjadi hambatan dalam budidaya ini. Menurut masyarakat setempat, alasan mereka tidak menanam sayur adalah karena tanaman sayuran mereka akan diganggu bahkan dirusak anjing. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik budidaya sayuran secara bertingkat atau sering diistilahkan vertikultur sehingga tanaman dapat terhindar dari gangguan anjing.

Terdapat beberapa teknik budidaya tanaman sayuran yang biasa dilakukan yaitu teknik budidaya konvensional, hidroponik, dan vertikultur. Teknik budidaya konvensional merupakan teknik budidaya yang dilakukan di atas lahan biasa mulai dari pengolahan tanah, penanaman, hingga pemanenan. Teknik budidaya hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan media tanam tanah tetapi memakai media air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara dalam bentuk larutan secara terkendali. Sedangkan vertikultur adalah sistem tanam di dalam pot yang disusun atau dirakit secara bertingkat, biasanya diusahakan di lahan terbatas. Teknik hidroponik dan vertikultur sebenarnya merupakan teknik klasik namun kurang dikenal oleh masyarakat awam.
Berbagai persoalan konsumsi sayuran yang ada di Pahawang menuntut pemecahan masalah yang bersifat segera, sebab dikhawatirkan terbatasnya akses masyarakat terhadap sayuran akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Berdasarkan definisi berbagai teknik budidaya di atas, teknik vertikultur merupakan teknik budidaya yang tepat untuk mengatasi persoalan-persoalan terkait sayuran di Pahawang. Media tanam dalam vertikultur hampir sama dengan media pada teknik budidaya konvensional yang sudah lebih dahulu dikenal masyarakat. Selain itu, bentuk yang vertikal dapat membuatnya terhindar dari gangguan hewan, seperti anjing. Kelebihan lain dari teknik vertikultur yaitu dapat menambah nilai estetika pulau yang konon akan dijadikan tempat  pariwisata sehingga dapat menambah esensi yang lebih menguntungkan.
C.  PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam program ini adalah dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.    Apakah penerapan sistem budidaya sayuran secara vertikultur dapat mengatasi kesulitan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran dikarenakan akses pasar yang jauh, alat transport yang kurang  dan relatif  mahal?
2.    Apakah penerapan sistem budidaya sayuran secara vertikultur dapat mengatasi pengangguran yang terjadi pada ibu rumah tangga usia produktif?
3.    Apakah penerapan sistem budidaya sayuran secara vertikultur dapat mengatasi kesulitan masyarakat untuk membudidayakan tanaman sayuran karena adanya gangguan anjing?
4.    Apakah penerapan sistem budidaya sayuran secara vertikultur dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai teknik budidaya sayuran secara vertikultur?
D.  TUJUAN
Program ini dilaksanakan dengan tujuan agar penerapan sistem budidaya sayuran secara vertikultur dapat:
1.    Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan sayuran, setidaknya untuk konsumsi rumah tangga sendiri.
2.    Memberdayakan ibu rumah tangga.
3.    Menghindari gangguan anjing pada lahan petani yang ditanami sayuran.
4.    Memperkenalkan kepada masyarakat teknik vertikultur.
E.   LUARAN YANG DIHARAPKAN
Output yang diharapkan dengan adanya penerapan budidaya sayuran secara vertikultur yaitu ibu rumah tangga dapat menggunakan waktu luangnya secara optimal serta dapat membudidayakan sayuran tanpa terkendala gangguan anjing sehingga akses masyarakat terhadap sayuran menjadi mudah. Dengan demikian akan tercipta rumah tangga yang mandiri dalam hal penyediaan sayuran serta cukup dalam memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral keluarga.
F.   KEGUNAAN
Dengan terlaksananya program ini diharapkan kebutuhan konsumsi sayuran rumah tangga di Pulau Pahawang dapat terpenuhi, karena selama ini masyarakat setempat tidak membudidayakan sayuran akibat adanya gangguan anjing. Dari segi ekonomi, terealisainya program ini dapat menghemat akomodasi masyarakat untuk membeli sayuran ke pasar. Selain itu, vertikultur dapat menambah nilai estetika pulau sehingga menambah daya tarik wisatawan. Sedangkan dari segi IPTEK, penerapan teknik ini merupakan cara untuk mensosialisasikan salah satu teknik budidaya sayuran, yaitu teknik vertikultur. Teknik ini dapat membuat sayuran terhindar dari gangguan anjing, dapat menghindari kondisi tanah yang dominan pasir, dan mengandung kadar garam tinggi.
G.    
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Pahawang merupakan pulau yang terletak di kawasan Teluk Lampung yang termasuk dalam Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Lampung Selatan. Sesuai dengan keadaan fisik pulau pada umumnya, kondisi tanah di pulau ini berpasir, masyarakat di sana membudidayakan tanaman berupa pisang, kelapa, kakao, dan karet. Akan tetapi, masyarakat di sana belum membudidayakan sayuran, dikarenakan lahan yang ditanami diganggu hewan seperti anjing dan juga masalah klasik sifat manusia yaitu ibu rumah tangga yang kurang memanfaatkan waktu luangnya secara optimal. Oleh karena itu, kami memperkenalkan teknik budidaya vertikultur dimana cara ini dapat memberdayakan kaum ibu rumah tangga. Selain itu, aspek keuntungan setiap rumah tangga yang menerapkan teknik budidaya sayuran vertikultur yaitu dapat memenuhi konsumsi sehari-hari rumah tangga akan sayuran dan juga dapat memperindah keadaan fisik pulau pahawang yang dapat menarik pengunjung ataupun wisatawan asing.
Akses untuk mendapatkan sayuran di pulau ini cukup jauh, lelah dan merepotkan, karena biasanya masyarakat membeli sayuran dengan tujuan utama ke pasar Hanura. Mereka harus  menyeberangi laut kira-kira selama 45 menit dengan biaya sebesar Rp 10.000,00 - Rp 15.000,00  dengan menggunakan kapal. Jika dihitung pulang-pergi perjalanan maka akan menghabiskan biaya sebesar Rp 30.000,00. Kemudian turun dari kapal di dermaga Ketapang, mereka menaiki kendaraan darat ke pasar Hanura kurang lebih memakan waktu 20 menit dengan biaya sebesar Rp 3.000,00. Sehingga jika dihitung sekali perjalanan darat akan menghabiskan biaya Rp 6.000,00. Ini berarti total sekali perjalanan pulang-pergi ke pasar Hanura mencapai biaya Rp 36.000,00. Perjalanan ini bisa juga dilakukan  dari dermaga Gudang Lelang Teluk Betung selama 2,5 jam menggunakan kapal.
H.     
METODE PELAKSANAAN
Kelompok sasaran       : Ibu-ibu PKK di dusun Penggetahan, Desa Pulau  Pahawang, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung
Metode                         : Sosialisasi program, praktik lapangan, monitoring, dan evaluasi
Bahan dan Peralatan:
1.      Untuk sosialisasi program:
·   Papan tulis
·   Spidol dan penghapus
·   Modul
·   Daftar hadir / presensi
2.      Untuk praktik
·   Paralon atau bambu
·   Benih sayuran (bayam, kangkung, bawang merah, dan cabai)
·   Media tanam (pupuk kompos dan tanah bukit)
·   Gergaji
·   Meteran 
3.      Untuk penunjang kegiatan
·   Banner
·   Pengeras suara
·   Kamera  
Prosedur Kerja
Ø  Mempersiapan materi dan modul dalam penyiapan materi kegiatan (program)
Ø  Mempersiapkan bahan dan alat kegiatan
Ø 
Untuk lebih jelasnya sebagaimana terdapat dalam tabel jadwal pelaksanaan program.
Metode Pelaksanaan
1.      Sosialisasi: Perwakilan masing-masing dusun dikumpulkan di Aula Pertemuan dengan bantuan tokoh desa. Lalu diberi angket atau kuisioner awal untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai teknik vertikultur. Setelah itu, masyarakat diberi penjelasan terkait pengertian, kelebihan, kekurangan, manfaat, prosedur pembuatan vertikultur, dan perawatan tanaman dengan teknik vertikultur. Pada akhir sosialisasi masyarakat diberi angket atau kuisioner akhir guna mengetahui tingkat pemahaman setelah mendapat materi.
2.      Praktik pembuatan demplot: Tim pelaksana memberi contoh tentang pelaksanaan budidaya sayuran secara vertikultur. Kemudian beberapa warga diminta untuk praktik pembuatan vertikultur secara langsung dengan pengarahan dari tim pelaksana kegiatan.
3.      Monitoring: Pengawasan dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program tiap bulannya.
4.      Evaluasi
§  Evaluasi awal: Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK mengenai teknik vertikultur. Evaluasi ini  dilaksanakan dengan cara memberi kuisioner pada awal kegiatan (sebelum pemberian materi) dan pada akhir kegiatan (setelah pemberian materi).
§  Evaluasi proses: Evaluasi ini dilakukan selama proses budidaya berlangsung yaitu bersamaan dengan tahap monitoring. Hal ini dilaksanakan dengan melihat antusias ibu-ibu rumah tangga dalam program ini. Indikator yang digunakan adalah masih adakah gangguan anjing terhadap tanaman sayuran, bagaimana perawatan yang dilakukan ibu-ibu terhadap tanaman vertikultur, bagaimana penyebaran informasi tentang vertikultur oleh masyarakat sendiri, dan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan sayuran masyarakat setempat.
§ 
Evaluasi akhir: Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program secara keseluruhan yaitu dengan menilai bisa atau tidaknya program ini dilaksanakan secara berkelanjutan dan tanpa pengawasan.
Berikut ini merupakan teknis pelaksanaan praktik lapang yang akan kami lakukan.
Bahan: Paralon tau bambu, benih sayuran (bayam, kangkung, bawang merah, dan cabai), media tanam (pupuk kompos dan tanah bukit), dan growmore.
Alat     : Gergaji, meteran, pisau, sprayer, gembor, dan tali tambang.

Cara Pembuatan Vertikultur:

1.      Pembuatan tempat tanam vertikultur
Tempat tanam sayuran dengan sistem vertikultur dapat berupa pipa atau bambu. Cara pembuatan tempat penanaman sayuran secara vertikultur baik dengan bahan pipa maupun bambu sama, yaitu:
·      Pipa dipotong sepanjang ± 1.5 m.
·      Kemudian pipa tersebut diberi tanda sebagai tempat pembuatan lubang tanam. Jarak anatalubang tanam bervariasi, umumnya 20-30cm, tergantung jenis tanaman yang akan ditanam. Efisiensi penggunaan pipa ini akan tercapai apabila dapat dibuat banyak lubang tanam dengan jarak yang tepat. Sebaiknya, lubang tanam dibuat berselang-seling untuk menghindari penumpukan tanaman.
·      Setelah diberi tanda, pipa dilubangi dengan menggunakan pisau. Lubang tanam bisa juga dengan membuat sayatan pada pipa (arah sayatan tegak lurus arah panjang pipa). Panjang sayatan adalah garis tengah lubang tanam. Setelah sayatan dibuat, bagian tersebut dipanasi dengan mendekatkannya pada lilin. Setelah panas dimasukkan kayu pengungkit pada bagian sayatan untuk mengungkit bagian pipa yang dipanasi sehingga membentuk lubang tanam. Lubang tanam yang telah terbentuk perlu ditempelkan pada kain basah setelah diungkit, agar pipa tidak kembali ke bentuk semula.
·      Lalu pipa ditanam di dalam tanah sedalam ± 30cm. Kemudian diikat secara berselang-seling agar  pipa berdiri dengan kokoh.
2.      Pembuatan media tanam
·      Media tanam yang digunakan berupa campuran kompos dan tanah bukit dengan perbandingan volume 1:1.
·     
Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam pipa yang sudah ditanam. Campuran ini dimasukkan hingga diperoleh media tanam yang cukup padat. Pemadatan dapat dilakukan dengan penyiraman air.

3.      Persemaian dan penanaman
·      Terdapat beberapa tanaman sayuran yang akan digunakan dalam program ini, yaitu bayam, kangkung, bawang merah, dan cabai. Jenis tanaman yang dapat langsung ditanam antara lain bayam, kangkung, dan bawang merah. Penanaman cabai memerlukan persemaian terlebih dahulu.

·      Cara persemaian: benih-benih tersebut disemai dalam polybag atau tempat tanam lain. Setelah tanaman berumur ± 3 minggu, tanaman dapat dipindah ke dalam pipa.
·      Cara pemindahan: polybag disobek kemudian bibit tanaman dikeluarkan secara hati-hati bersama dengan sedikit media tempat tumbuhnya.

4.      Pemeliharaan
·     

Penyiraman dilakukan dengan sistem siram langsung
dengan menggunakan gembor kecil. Jumlah air tidak boleh berlebihan, dilanjutkan dengan proses pemupukan menggunakan pupuk cair berupa growmore dengan konsentrasi 2 g/liter yang diberikan dengan cara penyemprotan menggunakan sprayer. Pupuk  diberikan setiap minggu sekali dengan  volume semprot semakin meningkat sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.

I.         JADWAL KEGIATAN
JENIS KEGIATAN
BULAN 1
BULAN 2
BULAN 3
BULAN 4
BULAN 5
Minggu ke-
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
PERSIAPAN
Survei Awal
Koordinasi Tim
Koordinasi dg warga


PELAKSANAAN

Cek Bahan & Alat
Sosialisasi Program
Praktik Turun Lapang
PEMBAHASAN
Monitoring
Evaluasi Program
Analisa Hasil
Konsultasi
PELAPORAN
Penyusunan Laporan
Konsultasi Laporan
.        RANCANGAN BIAYA
JENIS PENGELUARAN
SATUAN
NOMINAL
1.
PERSIAPAN AWAL
- Pencarian Literatur
 Rp      150.000,00
- Pembuatan Proposal
 Rp 50.000,00
 Rp      50.000,00
- Survei Awal
 5 orang x Rp 160.000,00
 Rp      800.000,00
- Perizinan / Sewa Tempat
 Rp      200.000,00
2.
PELAKSANAAN PROGRAM
Sosialisasi Program
- Akomodasi
Rp. 950.000,00
 Rp      950.000,00
- Konsumsi Peserta
30 orang x Rp 12.000,00
 Rp      360.000,00
- Pengeras Suara
1 buah
 Rp      150.000,00
- Pembuatan Banner
1 buah (3 x 1 m)
 Rp      150.000,00
- Dokumentasi (kamera + cetak foto)
 Rp      250.000,00
- Spidol + tinta
2 buah x Rp 15.000,00
 Rp        30.000,00
- Pembuatan Modul dan kuisioner
30 eks x Rp 8.000,00
 Rp      240.000,00
- Noteblock dan pulpen peserta
30 buah x Rp 7.000,00
 Rp      210.000,00
- Buku Kendali
7 eks x Rp 5.000,00
 Rp        35.000,00
- Plakat
2 buah x Rp 80.000,00
 Rp      160.000,00
- Sertifikat, map, dan laminating
30 eks  x Rp 20.000,00
 Rp      600.000,00
Praktik Turun Lapang
- Paralon (3 inchi)
50 meter
 Rp      550.000,00
- Media tanam
12 karung x Rp 25.000,00
 Rp      300.000,00
- Benih sayur
4 bungkus x Rp 25.000,00
 Rp      100.000,00
- Growmor
3 buah x Rp 30.000,00
 Rp        90.000,00
- polybag
150 bungkus x Rp. 1.000,00
 Rp      150.000,00
- Meteran
 Meteran


 Rp          10.000
 Pisau

4 x @Rp 6.000
 Rp          24.000
Meteran


 Rp          10.000
 Pisau

4 x @Rp 6.000
 Rp          24.000
6 buah x Rp 10.000,00
 Rp        60.000,00
- Pisau
12 buah x Rp 6.000,00
 Rp        72.000,00
- Tali tambang
2 gulung x Rp 50.000,00
 Rp      100.000,00
- Gembor
30 buah x Rp 15.000,00
 Rp      450.000,00
- Sprayer
30 buah x Rp 5.000,00
 Rp      150.000,00                        
Pengawasan/Monitoring
- Monitoring Bulanan  (Per semester)
5 x Rp 300.000,00
 Rp  1.500.000,00
- Monitoring Lanjutan (Akhir Program)
5 x Rp 300.000,00
 Rp  1.500.000,00
3.
PELAPORAN
- Pencarian Literatur
 Rp      200.000,00
- Cetak dan Jilid
 Rp      100.000,00
4.
Pengel. TAK TERDUGA
 Rp      350.000,00
5.
JUMLAH TOTAL PENGELUARAN
Rp  10.007.000,00

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *