Kamis, 18 Juli 2013


LAPORAN KEGIATAN KULIAH LAPANGAN
(Laporan Kegiatan Kuliah Lapangan Produksi Tanaman Sayuran)




Oleh

NURHUDIMAN
1114121146





JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013


PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Belajar tidaklah selalu di ruangan yang penuh dengan teori maka perlu adanya praktikum. Praktikum memang berdasarkan teori yang ada itulah proses belajar sehingga kemampuan seseorang dalam menuntut ilmu didapatkan. Belajar terus dilakukan disuatu tempat tetapi apa yang kita dapat tidak akan bertambah lebih banyak bila kita hanya mengandalkan satu tempat maka perlulah untuk menambah pengetahuan dengan diadakan kuliah lapangan. Dengan diadakan kuliah lapangan wawasan tentang dunia pertanian akan semakin bertambah. Perjalanan melihat pertanian pada tempat lain akan membuka dan sebagai pembanding apa yang sudah kita dapatkan.
Dengan inisiatif para dosen mata kuliah Produksi Tanaman Sayur dan mahasiswanya maka tercetuslah sebuah metode pembelajaran Kuliah Lapangan. Kuliah Lapangan yang dialakukan di tempat-tempat yang kaya akan sumber wawasan dan kemajuan IPTEKS di dunia pertanian. Oleh karena itu salah satu tempat yang sudah terbukti kelayakan untuk diambil ilmunya yaitu pada daerah yang memiliki kualitas pertanian yang baik di Indonesia yaitu Bogor dan Bandung.


B.            Tujuan
Adapun tujuan diadakan Kuliah Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1.             Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai objek peranianMenambah wawasan berpikir mahasa\iswa agar lebih tanggap dan kritis dalam melihat permasalahan di lapangan
2.             Merangsang tumbuhnya inspirasi mahasiswa untuk dapat dikembangkan dalam kegiatan akademik
3.             Menanamkan profesionalisme keagronomian.



KEGIATAN KULIAH LAPANG

A.            PARUNG FARM
Parung Farm adalah produsen sayur dan buah terbesar dan terbaik di Indonesia dengan meetode hidroponik dan aeroponik. Parung Farm ada 3 yang diteliti yaitu: teknologi hidroponik, teknologi pertanian dan aeroponik. Investasi tinggi memang menjadi kendala dari metode hidroponik dan aeroponik. Meode ini mempunyai produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional di tanah. Pada netode ini hanya memerlukan treatment air yang harus dijaga komposisi dan pH-nya tanpa memikirkan tanah.
Parung Farm menggunakan air yang diatur dengan standarnya dengan minumnya manusia. Tempat penampungan air khususnya digunakan juga dikembalikan ke tempat penampungan khusus yang digunakan kembali. Metode yang digunakan tidak akan mengganggu lingkungan seperti budidaya tanaman organic tidak merusak lingkungan karena tidak ada residu yang dibuang ke lingkungan. Parung Farm juga menampilkan sayuran yang crispy, lebih renyah dari sayuran yang ditanam di tanah. Karena suplay air yang dibutuhkan selalu tercukupi dengan metode hidroponik. Sayuran ini tidak perlu membentuk lapisan lulun yang tebal untuk mengurangi penguapan. Sehingga produknya akan selalu renyah. Waktu pemasakan akan singkkat karena kerenyahan ini.
Dalam kunjungan yang dilakukan di Parung Farm oleh mahasiswa bahwa menurut bapak subagyo Karsono dalam penjelasanya tentang Teknologi Sistem Hidroponik unsure terpenting didalam hidroponik yang perlu diperhatikan yaitu benih dan media. Terkait medialah yang menjadikan keunikan tersendiri dalam hidroponik. Karena didalam media tersebut diperlukannya unsure-unsur seperti air, pupuk dan kandungan khusus yang mendukung budidaya tanaman. Selain unsure yang diberikan pada media kestabilan juga perlu dijaga seperti EC meter dan pH meternya.
Selain itu bapak Agus Sunaryanto memberikan materi tentang Teknologi Pertanian bahwasanya pertanian organic terbagi dua yaitu alamiah dan konvensional. Untuk konvensional salah satunya adalah hidroponik. Hidroponik sendiri ada yang mengguanakan tanah dan non tanah. Ada enam sistem yang digunakan yaitu :
1.             Sistem Sumbu (Wick)
Adalah tipe hidroponik yang paling sederhana. Sistem ini adalah sistem pasif, yang artinya tidak ada sistem yang bergerak. Larutan nutrisi diserap oleh media tanam dari tandon menggunakan sumbu (memanfaatkan daya kapilaritas sumbu). Sistem ini dapat menggunakan bermacam-macam media tanam, diantaranya: Perlite, Vermiculite, Pro-Mix, dan Sabut Kelapa.
2.             Sistem Kultur Air (Water culture)
Adalah sistem yang paling sederhana dari semua sistem hidroponik aktif. Penopang tanaman biasanya dibuat dari styrofoam dan mengapung langsung di atas permukaan larutan nutrisi. Sebuah pompa udara menyediakan udara melalui batu angin yang membuat banyak gelembung udara dalam larutan nutrisi dan menyediakan oksigen bagi akar tanaman.
3.             Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow / Flood and Drain)
Adalah sistem yang cocok untuk digunakan bersama berbagai macam media tanam. Seluruh wadah pertumbuhan dapat diisi dengan batu-batuan, kerikil, atau butiran rockwool.Kebanyakan orang menggunakan pot-pot satuan yang diisi dengan media tanaman, hal ini memudahkan untuk memindahkan tanaman dan memasukkan tanaman ke dalam sistem.
4.             Sistem Fertigasi (Fertilizer + Drip Irrigation)
Merupakan sistem yang paling luas digunakan di dunia. Sistem ini adalah pengembangan dari Drip Irrigation (Irigasi tetes) dimana tanaman disiram dengan cara meneteskan air. Modifikasi yang dimaksud adalah, pada Sistem Fertigasi, tanaman tidak hanya diberi pengairan berupa tetesan air saja, tetapi air yang diteteskan juga dicampur dengan nutrisi.Dengan demikian dalam setiap tetes air sudah terdapat nutrisi lengkap.Pengoperasiannya mudah, pengatur waktu mengontrol pompa dalam air. Pengatur waktu menyalakan pompa dan larutan nutrisi menetes pada pusat tiap tanaman dari selang penetes kecil.Pada sistem tertutup, kelebihan larutan nutrisi yang mengalir akan ditampung kembali ke dalam tandon untuk dipakai kembali. Untuk sistem Drip Irrigation larutan nutrisi yang berlebihan tidak diserap kembali.* Selanjutnya, istilah “Drip Irrigation” digunakan bila air yg diteteskan TIDAK mengandung nutrisi, dan istilah “Fertigasi” bila air yang diteteskan sudah dicampur nutrisi.
5.             Sistem NFT (Nutrient Film Technique)
Ini adalah teknik dimana aliran larutan nutrisi diberikan melalui aliran / saluran pipa yang sangat dangkal. Air yang mengandung semua nutrisi terlarut diberikan secara terus menerus selama 24 jam.Dalam sistem ini idealnya kedalaman aliran sirkulasi harus sangat dangkal, atau tipis seperti kata film disana yang berarti lapisan tipis, atau air lebih sedikit.Hal ini memastikan agar perakaran akan selalu mendapatkan air dan juga nutrisi, sistem ini memberikan limpahan oksigen kepada akar tanaman.Sistem NFT dirancang berdasarkan pada kemiringan saluran yang tepat, laju aliran yang tepat, dan panjang saluran yang tepat. Keuntungan utama dari sistem NFT dari sistem lain adalah bahwa akar tanaman yang terkena kecukupan pasokan air, oksigen dan nutrisi.Namun banyak para pelaku pada sistem ini memiliki kekhawatiran dimana saat jaringan listrik mati (PLN) tanaman tidak mendapatkan air / larutan nutrisi. Sehingga banyak di modifikasi agar selama aliran listrik mati tanaman masih mendapatkan air nutrisi dengan cara membuat sekatan atau tanggul.
6.             Sistem Aeroponik
Adalah sistem hidroponik yang menggunakan teknologi tinggi. Seperti pada sistem NFT diatas, media tanamnya udara. Akar-akar menggantung di udara dikabutkan oleh larutan nutrisi.Pengabutan ini biasanya dilakukan setiap beberapa menit sekali. Karena akar-akar terekpos di udara seperti pada sistem NFT, akar-akar bisa cepat mengering jika pengaturan pengabutan terganggu
B.            KUNJUNGAN KE PETANI PAROMPONG DAN RUMAH STRAWBERI
Daerah bandung terutama di Lembang merupakan daerah yang memiliki kelebihan tempat dalam budidaya pertanian. Daerah ini memiliki keistimewaan tanaman sayuran yang baik. Didaerah ini penduduk tidak lupa menanamkan tanaman brokoli yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae. Brokoli berasal dari daerah Laut Tengah dan sudah sejak masa Yunani Kuno dibudidayakan. Sayuran ini masuk ke Indonesia belum lama (sekitar 1970-an) dan kini cukup populer sebagai bahan pangan.
Bagian brokoli yang dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang tersusun rapat seperti cabang pohon dengan batang tebal. Sebagian besar kepala bunga tersebut dikelilingi dedaunan. Brokoli paling mirip dengan kembang kol, namun brokoli berwarna hijau, sedangkan kembang kol putih. Brokoli merupakan tanaman yang hidup pada cuaca dingin. Sebagai makanan, brokoli biasanya direbus atau dikukus, atau dapat pula dimakan mentah.
Selain itu yang menjadi makanan khas lalapan didaerah itu adalah selada Awalnya, tanaman ini mungkn digunakan sebagai obat, dan untuk minyak-bijinya yang dapat dimakan. Beberapa ras lokal selada, diketahui digunakan untuk diambil minyak-bijinya. Tipe selada liar sering memiliki daun dan batang yang berduri, tidak membentuk kepala dan daunnya berasa pahit, serta mengandung banyak getah.
Pemuliaan tanaman ini mungkin ditekankan untuk memperoleh tanaman yang tidak berduri, lambat berbunga, berbiji besar dan tidak menyebar, tidak bergetah, dan tidak pahit. Aspek lain meliputi tunas liar lebih sedikit, daun lebar dan besar, dan membentuk kepala. Selada yang membentuk kepala adalah tanaman yang dibudidayakan agak lebih kini, yang pertama kali dinamakan sebagai "selada kubis" pada tahun 1543.
Ketika lelah berkunjung tidak lupa daerah wisata Rumah Strawberi menjadi idola daerah lembang. Di rumah strawberi dari namanya akan tergambar strawberi yang begitu banyak. Ternyata memang benar di dalam rumah tersebut banyak strawberi. Tidak hanya strawberi buah yang sudah dipetik saja tetapi ada tanamannya dan yang lebih asyik pengunjung dapat memetik sendiri buahnya. Cara memperbanyak tanaman bisa dilakukan melalui biji, stolon, atau kultur jaringan. cara memperbanyak dengan biji jarang dilakukan karena membutuhkan waktu yang cukup lama. Biasanya cara memperbanyak dengan biji hanya dilakukan oleh Breeder untuk menguji silangan silangan baru yang diperoleh.
Cara memperbanyak dengan kultur jaringan merupakan cara yang menggunakan bagian kecil dari tanaman. Teknik kultur jaringan dilakukan di laboratorium. Investasi awal untuk fasilitas ini cukup tinggi. Cara memperbanyak dengan stolon banyak dilakukan oleh petani. Stolon adalah sulur yang keluar dari tanaman dan terdapat anakan. Anakan dari stolon inilah yang kemudian digunakan sebagai bibit. Cara dengan stolon merupakan cara yang paling mudah dan investasinya relatif rendah. Pada satu stolon biasanya muncul 4 – 5 anakan. Namun, yang baik digunakan untuk bibit adalah stolon kesatu dan kedua dari induknya. Stolon berikutnya tidak baik untuk bibit karena sifatnya sudah tidak sama lagi dengan induknya.
C.           BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN (BALITSA)
Balai Penelitian Tanaman Sayuran atau lebih dikenal dengan sebutan Balitsa, merupakan salah satu lembaga pemerintah dan unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada dibawah serta bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Hortikultura. Lembaga tersebut terletak dikaki Gunung Tangkuban Perahu, Lembang, Bandung. Dengan ketinggian 1250 diatas permukaan laut (Dpl). Dilihat dari segi geologisnya, jenis tanah dikawasan tersebut merupakan tanah andosol yang dipengaruhi oleh tipe iklim B dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 19-24° C serta curah hujan 2.207,5 mm/tahun.

Lembaga ini didirikan pada tahun 1939 oleh Pemerintah Belanda dengan tujuan untuk mendukung dibidang Pertanian dan Perkebunan. Nama lembaga ini adalah Prust Trein sebagai Kebun Percobaan Tanaman Serta Pemberantasan Hama Penyakit (Institut Voor Plants Richten) yang berpusat di Bogor. Sejak awal, lembaga ini sudah melakukan banyak penelitian untuk meningkatkan kualitas dan kwantitas berbagai jenis tanaman. Namanya pada saat itu adalah Balai Penelitian Tehnik Pertanian (Culture Institute) yang kemudian pada tahun 1942-1945 berubah menjadi Culture Technish Institute ( Burten Norg Bogor) atau Kebun Percobaan Margahayu yang menjadi Prust Trein Margahayu.

Pada sekitar tahun 1945-1950 pemerintah sedang berada dalam keadaan vakum sehingga menyebabkan kevakuman juga terhadap lembaga ini. Kemudian pada tahun 1950-1960 lembaga ini berganti nama kembali menjadi Kebun Percobaan Margahayu yang berpusat di Pasar Minggu Jakarta Selatan dan mulai melakukan kegiatannya kembali. Pada sekitar tahun 1967-1980 lembaga ini dijadikan sebagai salah satu cabang Lembaga Penelitian Hortikultura sehingga pada tanggal 20 Maret 1981 namanya kembali berubah menjadi Lembaga Penelitian Tanaman Pangan(BPTP).

Pada tanggal 31 Juli 1982 Menteri Pertanian RI yaitu, Prof. Ir. Sudarsono Hadisaputra meresmikan BPTP menjadi Balai Penelitian Hortikultura (BPHL) di Lembang Bandung. BPHL pada saat itu terdiri dari satu Sub bagian Tata Usaha, satu Sub bagian Penelitian Hortikultura Segunung dan Kelompok Peneliti ( Kelti) disamping itu juga membawahi langsung Instalasi-instalasi Kebun Percobaan Lembang, Cikole, Pangragajian dan Margahayu Kabupaten Bandung dan kabupaten Subang. Laboratorium dan Bengkel Peralatan. Berdasarkan keputusan Menteri No. 769 Kep/OT.210/XII/ 90 pada tanggal 13 Desember 1994 Balai Penelitian Hortikultura Lembang berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) yang mengalami perubahan tugas lebih khusus ditujukan untuk meneliti Tanaman Sayuran. Dan terakhir pada tahun 2002 mendapat perubahan mandat sesuai Keputusan Menteri Pertanian No.74 Kep/OT.240/I/2002, tentang organisasi dan Tata Kerja Balitsa yang terdiri dari Sub bagian Tata Usaha, Seleksi Pelayanan Teknis, Seksi Jasa Penelitian, Satu Kebun Percobaan Subang. Komoditi yang diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan pasar seperti cabai, kentang, bawang merah dan jamur. Adapun komodii lain yang ditanam adalah bawang daun, kubis, kembang kol, tomat, dll.






PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari kuliah lapang ini adalah sebagai berikut :
1.             Budidaya pada suatu tempat memang berbeda karena lingkungan tidak semua sama dan solusi teknologilah yang dapat menyelesaikannya.
2.             Metode hidroponik, aeroponik dan teknologi pertanian dapat dilakukan dimanapun karena keadaan lingkungan dapat diatur.
3.             Pembelajaran dilapangan seperti melihat tanaman sayur yang sesungguhnya telah tterbukti sehingga ketika belajar sudah tahu apa yang dijelaskan.
4.             Setelah berkunjung dan tahu ilmu maka dalam berbudidaya tidak akan mengawang bayangan yang tak jelas lagi.

B.            SARAN
Setelah melakukan kegiatan tersebut maka ada hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.             Mencari info tempat terlebih dahulu agar tidak tertumbur dengan aktivitas yang dikunjungi di sana.
2.             Pergerakan waktu yang perlu didisiplinkan agar kunjungan dan kegiatan yang ditargetkan berjalan semua


Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *