KAKI TANGGUH DI NAPAK TILAS

Setiap mereka yang pernah mengalami pendidikan pasti akan tahu apa itu pramuka “
Di tingkatan perguruan tinggi nama kelompok pramuka
sering disebut Racana dan diteruskan dengan nama pahlawan sehingga menjadi Racana Raden
Intan dan Racana Puteri silamaya. Karena kita bukan mukhrim jadi kita dibentuk
sapi “wah binatang”. Sapi disini
adalah satuan terpisah supaya antara laki-laki dan perempuan bisa saling
membatasi ”oh….”. Salah satu
kegiatan rutin tiap tahunnya yang tidak pernah lepas dari calon anggota adalah
napak tilas. Semakin penasaran seperti apa napak tilas itu bahkan makanan dari
mana itu? Saya harus mencobanya meskipun dengan segala resiko.

Salah satu kewajiban menjadi anggota di Racana ini harus pernah mengikuti napak tilas. Kewajiban tetap harus dilaksanakan kalau dilanggar mendapat dosa “mbeledos gak kerasa”. Mengingat wajib, semakin berusaha aku untuk mengikutinya. Napak tilas ternyata sebuah kegiatan yang diadakan dengan berjalan kaki selama tiga hari”busyet..”. Napak tilas diadakan untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang telah gugur terutama wabilkhusus pahalwan Radin Intan. Kata kakak-kakak pramuka kegiatan ini sakral di Racana ini terbukti banyak yang kena karma di kegiatan ini “Ngeri juga dengernya…”. Sebagai manusia tinggal di Indonesia seutuhnya dan biasa dengan kesakralan budaya jawa kita pasti percaya.
Kegiatan napak tilaspun akhirnya bertemu dengan kami ”Spesial banget kami kok bisa ditemuin”. Perjalanan dimulai dari etape pertama dari makam Radin Intan sampai ke Candipuro “kalau jalan kaki normal sekitar 10 jam”. Kami dituntut untuk berjalan bersama demi tercapainya lokasi tersebut secara kekeluargaan. Perjalanan kami rasakan dengan begitu lelahnya”lebih baik saya cangkul sawah dari pada kayak gini, ala mak..,”. hari pertama kami bermacam-macam ada yang sampai pukul 17.00 WIB dan ada juga pukul 19.30 WIB. Sayangnya saya dan Yuda sampai pukul 22.00 WIB semakin malam kaki sulit untuk berjalan mengngat kaki sudah keram dan mlepuh.
Esok hari kami melanjutkan perjalanan ke etape berikutnya dari Candipuro sampai Tanjung Bintang. Setelah satu hari berjalan kami tidak akan mengulangi kesalahan yang membuat cedera pada diri kami sendiri. Khusus saya jangan sampai terakhir lagi “Ngenes rasanya..”. perjalanan kami lanjutkan ternyata ada satu dari teman kami yang tidak bisa berjalan, kasihan punya kaki gak bisa jalan?. Kami harus saling membantu teman yang tidak bisa jalan karena inilah kebersamaan yang harus kita bangun untuk berumah tangga”cie….”. Tak kusangka dan tak kuduga temanku yang sampai pertama kemaren hari itu kakinya melepuh dan susah untuk jalan. Sebenarnya kaki kita semua melepuh tetapi karena badanku kurus tidak seperti temanku jadi masih bisa berjalan. Akhirnya kami harus menggeret dia demi solidaritas perjuangan kasihan tetapi dalam hati banget “rasakan tu karmanya, kemaren ninggalin sih”.

Betapa besarnya perjuangan pahlawan dahulu apa yang kita lakukan belum seberapa. Melaui perjalanan ini kita harus bisa membayangkan bagaimana pahlawan Raden Intan berperang melawan penjajah. Pengorbanan keringat, keluarga, bahkan nyawa diberikan hanya untuk kita semua. Sadarlah kita saat ini dengan perjuangan mereka kita dapat menikmati kehidupan dengan semena-mena tidak pernah membayangkan seperti apa tanah ini dulunya. Mari melalui Napak Tilas ini kita bangun semngat nasionalisme dan patriotisme lalu kita isi kemerdekaan ini dengan karya-karya terbaik kita.
SALAM PRAMUKA!!!!!!!!!!!
JANGAN LEWATKAN CERITA
“KISAH CINTA DI NAPAK TILAS”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar