POLITISASI KAMPUS DI UNIVERSITAS LAMPUNG
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Ketika
mendengar dan membaca tentang kiprah Partai Keadilan Sejahtera (PKS), pasti di
dalam benak kita tersirat begitu fenomenalnya partai ini. Pada kiprah
pertamanya di pemilu 1999 PKS yang awalnya bernama PK mampu meraih 1.436.565
suara atau sekitar 1,36% dan menempatkan 7 wakilnya di parlemen.
Dan ketika
banyak pengamat dalam pemilu 2004 yang lalu masih meragukan kemampuan PKS,
partai ini mampu membuktikan eksistensi-nya dengan meraih 7,34 % suara
atau 8.325.020 suara. PKS pun berhasil menambah jumlah kursi di parlemen
sebanyak 45 orang dan berhasil menjadikan Hidayat Nurwahid (Presiden PKS saat
itu) sebagai ketua MPR menggantikan tokoh Islam lainnya, Amin Rais.
Di kancah
politik lokal kader-kader PKS pun mampu meraih sukses, sukses kemenangan
pilkada Jawa Barat dan Sumatrera Utara adalah salah satu contohnya. Selain itu
PKS pun mampu menang di pilkada kota-kota strategis seperti Depok,Bekasi dan
Tanggerang. Walaupun kalah di pilkada Jakarta, namun secara jumlah pemilih yang
menjatuhkan pemilih nya pada kader PKS Adang-Dani lebih besar dari perolehan PKS
dalam pemilu legislatif 2004 yang lalu.
PKS
menjadi fenomena selain karena peraihan suara yang signifikan baik di nasional
maupun lokal, namun juga dikarenakan citra kader yang muda, bersih dan
peduli. Di tengah bobrok nya moral anggota DPR akibat korupsi, dan berbagai
skandal lainnya, PKS tercatat sebagai partai yang tidak memiliki track
record berhubungan dengan kasus korupsi dan skandal yang memalukan.
Kader-kader
PKS juga dikenal sebagai kader yang militan dan sangat peduli terhadap
bencana-bencana alam yang dihadapi bangsa ini. Militansi itu dapat dilihat dari
seringnya kader PKS turun di kancah bencana baik tsunanmi Aceh, banjir Jakarta,
maupun gempa bumi di Papua.
Kader PKS
lah pelopor kampanye dor to dor (direct selling) yang tidak pernah dilakukan
oleh kader partai manapun dalam sejarah perpartaian di negeri ini. Anak-anak
muda tersebut tanpa dibayar mendatangi rumah penduduk hanya untuk menawarkan
perubahan melalui partai mereka.
Citra PKS
yang militan dan Islami tidak terlepas dari mana mereka berasal. Umumnya kader
PKS adalah berasal dari anak-anak muda mahasiswa dan lulusan kampus ”sekuler”
yang tersebar di seluruh Indonesia. Hubungan antara PKS dan kampus
kemudian menimbulkan sorotan tentang bagaimana PKS menjadikan kampus sebagai
basis gerakannya.
PKS secara
basis massa memang berangkat dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebuah
gerakan mahasiswa revivalisme Islam yang kemudian menamakan diri mereka
aktivis tarbiyah atau Jemaah Tarbiah. Fenomena Lembaga Dakwah Kampus (LDK)dan
PKS adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Basis massa PKS adalah
(LDK) dan di sanalah PKS dilahirkan. Namun di sisi yang lain kehadiran
PKS di kampus sering dipermasalahkan banyak orang, apakah ini adalah sebuah
politisasi kampus? Padahal kampus adalah milik publik dibiayai oleh uang
mahasiswa dan negara, yang harus disterilkan dari kepentingan individu,
kelompok dan partai politik tertentu. Menjadi menarik untuk diketahui adalah
bagaimana aktivis-aktivis PKS di kampus dan dalam kasus ini adalah di Universitas
Lampung memposisikan diri mereka dalam merekrut kader dan tentu saja
mencitrakan PKS di publik kampus dengan cara-cara yang elegan agar tidak dicap
sebagai sebuah bentuk politisasi kampus.
Selain
permasalahan perekrutan kader, LDK pun disorot akan penguasaan mereka terhadap
lembaga formal mahasiswa seperti student goverment yang lebih dikenal dengan
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di seluruh kampus negeri di Indonesia termasuk
UNILA sejak dekade akhir 90’an . Sorotan itu muncul karena seringkali timbul
analis-analis bahwa BEM seringkali dimanfaatkan PKS sebagai alat PKS dalam
membentuk opini publik demi kepentingan politik praktis PKS, namun dalam
bingkai opini akademis mahasiswa yang tulus dan ilmiah.
Bukti akan
adanya politisasi BEM kencang terdengar ketika DPR termasuk di dalamnya ingin
memakzulkan presiden Abdurahman Wahid. Benturan antar gerakan mahasiswa pun
terjadi. BEM dituduh sebagai alat elite PKS untuk menjatuhkan Gus Dur dari luar
palemen.
Pada
pemilu 2004 yang lalu kencang terdengar isu intruksi DPP PKS agar
gerakan-gerakan mahasiswa formal kampus seperti BEM mengadakan sebuah program
untuk mencari pendukung dari pemilih-pemilih pemula melalui program voter
education ke SMA-SMA di seluruh Indonesia. Dengan bingkai voter education
diselipkanlah ajakan untuk memilih PKS pada pemilih pemula tersebut. Hal inilah
yang menjadi kekhawatiran banyak pihak, termasuk para elemen mahasiswa, dosen
dan tentu saja masyarakat non PKS. Bagaimana dengan pemilu 2009? Apakah modus
tersebut terjadi lagi?
1.2
Perumusan Masalah
Pertanyaan
yang pasti hadir di benak seorang aktivis gerakan mahasiswa dan mungkin
mahasiswa umumnya yang tidak dikatagorikan aktivis adalah apakah ada hubungan
antara PKS dan LDK. Sejauh mana PKS memengaruhi kebijakan LDK, BEM dan KAMMI
dalam setiap isu gerakan yang mereka munculkan?
Keberadaan
LDK dalam menyebarkan ideologi Islamisme dan revivalisme Islam dalam setting
politik orde baru yang hegomonic party system sebelum mereka bermetamorfosis
menjadi PK lalu PKS tentulah bukanlah masalah yang berarti. Namun hal ini tentu
saja berbeda jika LDK berada dalam setting tarik manarik dengan kepentingan PKS
partai yang dilahirkannya dalam sebuah kontestasi politik seperti pemilu.
Di dalam
kondisi kepentingan politik meraih suara sebesar-besarnya dan tetap memperkuat
basisnya di kampus, PKS dihadapkan pada permasalahan apakah lazim jika kampus
dimanfaatkan untuk kepentingan politik? Untuk itu timbullah
pertanyaan-pertanyaan penelitian:
1.
Bagaiamana model hubungan PKS dan LDK pasca orde baru saat ini, sebuah era di
mana persaingan politik dilakukan secara fair dan menuntut sebuah keadilan dan
menolak kecurangan dalam bentuk politisasi lembaga-lembaga publik seperti
Universitas Lampung (UNILA)?
2.
Sejauh mana PKS memengaruhi kebijakan-kebijakan LDK dan BEM dalam setiap isu
gerakan dan program yang mereka munculkan?
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk menjelaskan model hubungan antara PKS dan lembaga Dakwah Kampus (LDK)
dalam konteks politik pasca orde baru di mana dituntut sebuah kontestasi
politik yang adil tanpa ada sebuah politisasi lembaga-lembaga negara milik
publik seperti Universitas Lampung (UNILA). Termasuk dalam hal ini ádalah usaha
PKS untuk merekrut kader-kader baru dalam usaha tetap mempertahankan
kampus sebagai basis utamanya.
2.
Selanjutnya penelitian ini juga ingin menggali seberapa jauh LDK dan lembaga
Formal Mahasiswa (BEM) dipengaruhi oleh PKS dalam kebijakan-kebajikannya.
3.
Dalam level kebijakan diharapkan penelitian ini dapat memberi rekomendasi
kepada pemerintah dalam hal ini mendiknas dan tentu saja rektorat UNILA dalam
rangka mencegah politisasi kampus. Kampus diharapkan tetap netral
terhadap semua partai politik, namun tetap kritis dalam bingkai akademis.
Bab II Tinjauan Pustaka
Untuk
membingkai penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep dan teori yaitu:
proses Islamisasi (santri baru) , tujuan gerakan (revivalisme Islam), dan
dinamika gerakan (Islamisme). Namun bab ini akan didahului dengan tinjauan
tentang studi-studi tentang PKS sebelumnya.
2.1
Studi-studi Sebelumnya
Studi
tentang PKS setidaknya di bagi atas dua arus utama. Pertama, studi yang
berasal dari kalangan internal partai seperti Furqon (2004) yang melihat
ideologi dan ”kepemudaan” PKS, Abu Ridlo (2003) yang memberi landasan
syar’i tentang mengapa PKS berdakwah di politik formal, Agus (2005) yang
mengaji bagaimana Jamaah Tarbiah harus berpolitik formal dalam setting otonomi
daerah, Annis Matta (2002) yang melihat demokrasi bagi PKS hanyalah alat untuk
mencapai ”tujuan”.
Sejauh
ini, berbagai buku tentang PKS tersebut lebih banyak didominasi oleh buku-buku
yang lebih bernuansa pujian dan pembelaan kalau tidak dikatakan kampanye. Namun
studi yang secara khusus mengaji model hubungan antara PKS dan LDK serta BEM
belum pernah ada.
Arus utama
yang kedua adalah dari kalangan eksternal. Studi tentang PKS yang melihat dari
kaca mata orang luar terutama dengan pisau analis orientalis yang terbaru
adalah studi yang dilakukan oleh M.Imdadun Rahmat (2008). Imdadun memfokuskan
pada bassis dan ideologi PKS yaitu Ikhwanul Muslimin yang menurutnya kontra
produktif terhadap nation-state, demokrasi dan pluralisme. Imdadun mampu
memasuki ranah ter-dalam ideologi PKS dan mencurigai PKS memiliki hidden agenda
yaitu berupa penerapan syariah Islam yang sempit dan pembentukan negara Islam
dan khilafah Islamiah yang sejalan dengan cita-cita gerakan revivalisme Islam
yang lain seperti Hizbut Tahrir (HT).
Studi
tentang PK (waktu sebelum menjadi PKS) sebagai metamorfosis gerakan sosial
keagamaan yang berbasis di kampus yang kemudian ber-transformasi menjadi partai
poltik pertama kali ditulis oleh Ali Said Demanik (2000)sebuah buku yang
merupakan skripsi penulis di jurusan sosiologi Universitas Indonesia. Buku ini
merupakan buku wajib bagi kader PKS untuk mengetahui perkembangan Jamaah
Tarbiah dari sudut kajian akademis.
Selain itu
PKS terutama Ideologi Ikhwanul Musliminnya dikritik pula oleh gerakan Islam
yang lain dari sudut pandang manhaz salafiah (Al Atsary: 2004). Studi ini
banyak merujuk ke pendapat-pendapat ulama di Timur Tengah tentang IM. Ikhwan
pun dikatogorikan sebagai gerakan Islam yang menyimpang dari ajaran ahlus
sunnah wal jama’ah.
2.2 Santri
Baru
Studi
pertama tentang LDK secara khusus pada masa orde baru pernah dilakukan oleh
Abdul Gaffar Karim (2006) dalam tessinya ketika menyelesaikan program master di
Flinders University yang melahirkan istilah ”santri baru” sebagai sebuah varian
baru dari tessis terkenal masyrakat Jawa oleh Clifort Gertz ( 1952 ) Priyayi,
Santi, Abangan.
Santri
Baru adalah kelompok masyarakat muslim yang umumnya berangkat dari latar
belakang keluarga non santri lalu mengalami islamisasi ketika mereka memasuki
bangku perkuliahan. Islam yang mereka kenal berbeda dengan islam tradisional
yang dikenal di kalangan Nahdhiyin dan juga islam modernis yang umumnya
dikenal di kalangan Muhammadiah. Berbeda dengan HMI yang merupakan gerakan
mahasiswa muslim modernis dan PMII yang tradisionalis, para mahasiswa ini justru
bersentuhan dengan ajaran-ajaran revivalisme Islam Ihkwanul Muslimin (IM)
yang didirikan oleh Hasan Al Banna dan dipopulerkan oleh Sayid Qutub.
Ideologi
IM dalam perjalanannya masuk ke Indonesia melalui sarjana-sarjana lulusan timur
tengah. Ideologi IM ini kemudian di-transfer ke LDK-LDK di seluruh Indonesia
termasuk di Universitas Lampung. Selanjutnya IM menjadi ideologi LDK,BEM, KAMMI
dan selanjutnya PKS (Imdadun:2008). Bahkan ulama terkenal timur tengah dan
sekaligus tokoh IM terkemuka Yusuf al Qordhowi (2001) mengatakan bahwa PKS
adalah perpanjangan tangan dari IM. Ideolgi trans-nasional IM ini mengingatkan
kita pada kiprah PKI sebagai sebuah partai perpanjangan tangan komintern atau
partai komunis internasional. PKS pun sering tidak sering menjadi
korban black campaign pesaing politiknya dengan disamakan dengan PKI
dikarenakan pola gerakan sistem sel dan pola ideologi trans-nasional mereka
yang sama.
Karim
dalam studi ini lebih memfokuskan pada islamisasi dalam tubuh aktivis Jamaah
Salahudin sebuah prototype LDK yang berada pada kampus Universitas Gadjah Mada
(UGM). Setting tentang studi ini adalah era orde baru ketika dimana PKS belum
lahir. Dan penelitian ini diharapkan dapat menjawab setting LDK pasca orde baru
di mana PKS telah hadir sebagai kekuatan partai politik yang berbasis pada
kampus.
2.3
Revivalisme Islam
Selain
dari Islamisasi fenomena PKS dan LDK juga dapat dilihat dengan perspektif
tujuan dari gerakan Islam tersebut yang dikenal dengan term revivalisme Islam.
R. Hrair Dekmejen (2001) dan Jhon L. Esposito (1987) menggunakan term
revivalisme Islam untuk menunjuk fenomena munculnya gerakan keagamaan Islam
kontemforer di Timur Tengah yang mencita-citakan kebangkitan Islam kembali
seperti kejayaannya di masa lalu.
PKS sering
dikatagorikan sebagai salah satu gerakan revivalisme (kebangkitan) Islam selain
HT, Salafy dan lain sebagainya. Konsep revivalisme Islam dinilai tepat untuk
mengkerangkai penelitian ini dikarenakan PKS merupakan bagian dari gelombang
gerakan kebangkitan Islam yang muncul di awal abad 20 setelah runtuhnya
supremasi politik Islam sedunia, khilafah Islamiah.
Gerakan
revivalisme bercita-cita untuk membuat Islam kembali bangkit seperti masa
kejayaannya dari keterpurukan yang melanda saat ini. Kolonialisme disinyalir
merupakan sebab terpecah-pecahnya umat Islam ke dalam berbagai sekat-sekat
negara-bangsa bentukan penjajah.
Gerakan
revivalisme Islam tidaklah monolitik. Di dalam praktisnya mereka berbeda-beda
dalam jalan perjuangan dan prioritas gerakan. Ikhwanul Muslimin (IM) yang
dianggap se-ideologi dengan PKS, misalnya mencoba untuk berdialog dengan konsep
modernisasi politik seperti parlemen, partai politik, pemilu dan sebagainya. IM
beranggapan strategi dakwah politik di parlemen adalah salah satu cara dalam
menegakkan syariat Islam, daulah Islamiah dan tujuan akhirnya adalah khilafah
Islamiah tanpa meninggalkan sisi dakwah atau perbaikan secara kultural.
Hizbut
Tahrir melihat bahwa masuk ke parlemen adalah perbuatan yang sia-sia. Yang
dibutuhkan saat ini adalah pendidikan umat Islam (tarbiah) yang intensif secara
kultural tentang pentingnya penegakan khilafah Islamiah. Sikap penolakan
terhadap konsep-konsep demokrasi modern seperti pemilu, parpol demokrasi dan
lain sebagainya adalah bagian penting bagi mereka karena konsep demokrasi tidak
sesuai dengan Islam dan berangkat dari sistem yang kufur.
Jamaah
Tabligh agak berbeda. Gerakan yang berangkat dari gerakan sufi di India
ini melihat permasalahan umat saat ini adalah pada lemahnya amal ibadah dan
merajalela-nya kemaksiatan. Sehingga mereka beranggapan bahwa kebangkitan Islam
dilakukan dengan cara peningkatan amal ibadah dan perbaikan akhlak setiap
individu muslim.
Salafy
adalah kelanjutan dari gerakan wahabi di tanah Hijaz, Saudi Arabia. Salafy
merujuk dari kata salaf yang berarti pendahulu khusus tiga generasi awal Islam.
Salafy pada lebih dikatakan sebagai manhaz atau metodologi memahami Islam
sesuai dengan pemahaman sahabat, ulama-ulama salaf dari kalangan tiga generasi
awal Islam. Selanjutnya salafy berubah menjadi gerakan dakwah dengan sokongan
dana yang besar dari pemerintah kerajaan Saudi Arabia. Gerakan ini
memandang bahwa lemahnya tauhid dan merajalela-nya syirik serta jauhnya umat
dari sunnah dan merebak-nya bid’ah adalah permasalahan utama umat dewasa ini. Islam
akan bangkit bukan dengan masuk ke dalam sistem politik atau pun
memprioritaskan pendirian khilafah namun dengan cara mendidik umat dalam
perbaikan akidah dan ibadah agar sesuai dengan pemahaman Islam generasi awal.
2.4
Islamisme
Teori
berikutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang Islamisme
dan Neo-Fundamentalisme. Berbeda dengan revivalisme Islam, term Islamisme
merujuk pada cita-cita penegakan syariat Islam dengan jalan-jalan politik
formal. Sedangkan, Neo-fundamentalisme adalah term untuk menjelaskan pergeseran
ideologi dalam gerakan revivalisme Islam.
Oliver Roy
(1994) dalam AE Priyono (2003), menggunakan tema Islamisme untuk merujuk
gerakan Islam yang bercita-cita dalam menegakkan syariat Islam. Roy juga
menjelaskan bahwa gerakan Islam yang kemudian menjadikan politik praktis
sebagai bagian dari strategi disebut dengan neo-fundamentalisme.
Roy
menjelaskan bahwa Neo-Fundamentalisme terjadi ketika kelompok revivalisme Islam
ini masuk ke rana politik praktis. Selanjutnya kelompok ini meninggalkan
karakter awalnya sebagai gerakan revolusioner dan bergeser ke arah yang lebih
moderat untuk mencari jumlah massa yang banyak dalam usaha memenangkan pemilu.
Dalam studi empiris nya Roy menyebutkan gerakan Ikhwanul Muslimin, Jama’ati Islami
di Pakistan, Islamic Salvation Front (FIS) di Alzajahir sebagai proto type
Islamisme dan Neo-Fundamentalisme ini.
Bab III. Metode Penelitian
3.1
Lokasi dan Fokus Penelitian
Penelitian
ini direncanakan hanya berlokasi di kampus Universitas Lampung di mana tersebar
Lembaga Dakwah Kampus baik tingkat Universitas (Birohmah) dan fakultas (FOSSI
di FT dan FH, FSPI di FISIP, FPPI di FKIP, ROIS di FMIPA dan FE, FOSI di FP
serta FSI di FK). Selain LDK di UNILA pun terdapat lembaga formal kampus
seperti BEM KBM yang dikuasai oleh aktivis-aktivis LDK.
Alasan
pragmatis memilih UNILA dikarenakan permasalahan ini adalah fenomena di sekitar
peneliti dan kebetulan kedua peneliti memiliki latar belakang hubungan dengan
gerakan mahasiswa di Universitas Lampung yang intensif. Walaupun hanya di lokal
UNILA, penelitian ini bisa juga digunakan dalam melihat model dan pola hubungan
yang sama antara PKS dan Lembaga Formal lain di kampus lain di seluruh
Indonesia. Hal ini terjadi karena fenomena ini adalah fenomena nasional
terutama di kampus-kampus PTN “sekuler” non IAIN.
3.2 Tipe
Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif walaupun penelitian ini juga akan
menggunakan data-data kuantitatif namun hanya sebatas penyajian data. Peneliti
memilih metode kualitatif dikarenakan penelitan tipe ini lebih membuat kita
lebih eleboratif serta eksploratif dan tidak terkungkung dalam kungkungan teori
deduktif seperti dalam penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan
kualitatif dirasa cocok untuk studi tentang gerakan Islam yang sifatnya
agak tertutup karena pola langkah-langkah penelitian yang induktif dan
teknik pengumpulan data nya yang efektif (Lawrence Neuman: 2003).
3.3 Data
Penelitian
Data dari
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, focus group discusion.Selain
itu data-data primer juga berupa hasil dokumentasi organisasi seperti program
kerja, publikasi, majalah internal, majalah dinding dan sebagainya. Sedangkan
data-data pendukung diperoleh dari laporan media massa, jurnal,browsing internet
dan literatur-literatur lain yang relevan dengan penelitian ini.
3.4 Teknik
Memperoleh data
Wawancara
dibangun dengan dalam sebuah deep inteview dan tidak ter struktur untuk lebih
memberikan responden kesempatan lebih bebas memaparkan pengalaman dan opini nya
ketika mereka terlibat aktif di objek penelitian (Denzin:1994). Untuk mencegah
anggapan peneliti sebagai ”orang luar” dan memiliki ”agenda tersembunyi ”, maka
peneliti merasa perlu untuk menjadi bagian dari objek penelitian dengan ikut
dalam pengajian-pengajian dan acara-acara yang dilakukan LDK dan BEM. Selain
itu latar belakang peneliti yang merupakan mantan aktivis LDK dan BEM dirasa
sangat membantu penelitian ini agar tidak timbul kecurigaan-kecurigaan
tersebut.
Dalam
memilih responden maka peneliti memilih dua kategori yaitu elite dan mantan
elite organisasi. Peneliti juga perlu menggunakan teknik wawancara triangulasi
untuk mendapat perspektif yang berbeda karena dalam beberapa kasus terkadang
elite yang masih berkuasa terkesan menutupi tema-tema penelitian yang
mengkritik organisasi mereka. Untuk kasus seperti inilah dirasa perlu untuk
memperoleh pendapat dari mantan elite yang pernah terlibat di LDK dan BEM namun
paska kampus tidak bergabung dalam PKS atau keluar dari Jamaah Tarbiah.
3.5 Teknik
Analisa Data
Sementara
untuk menganalisis data-data primer berupa dokumentasi organisasi
seperti, ceramah, program kerja, publikasi organisasi, majalah internal,
majalah dinding dan sebagainya, peneliti menggunakan teknik analisis wacana,
(discource analysis). Teknik ini digunakan karena selama ini penelitian
tentang teks terutama di UNILA lebih didominasi oleh analisis isi (content
analysis) yang berangkat pada paradigma positivisme. Padahal teknik
analisis isi sering dikritik karena tidak mendalam dalam melihat teks sedangkan
analisis wacana lebih mendalam dalam membongkar arkeologi pengetahuan dan
ideologi sang penyampai teks (Erianto: 2008).
Bab IV
Gambaran Umum Gerakan Islam Revivalis di Kampus UNILA
Universitas
Lampung adalah salah satu Universitas yang sangat disemerakkan dengan
gerakan-gerakan kemahasiswaan Islam revivalis. Selain gerakan Dakwah Jamaah
Tarbiah yang merupakan perpanjanagn tangan Ikhwanul Muslimin, juga terdapat
gerakan dakwah salafy, Jamaah Islamiah, Hizbut Tahrir dan Jamaah Tabligh.
Seperti
umumnya kampus-kampus negeri di Jawa, di UNILA pun kita dapat dengan mudah
pergeseran-pergeseran antar gerakan dakwah kampus tersebut. Isu-isu per-rebutan
kader dakwah antar gerakan dakwah, tujuan dan metode gerakan sering menjadi
sumber konflik yang sekarang menjadi wacana perdebatan di kalangan aktivis
mahasiswa Islam tersebut.
Gerakan
dakwah Islam yang paling awal muncul di Lampung khususnya UNILA adalah gerakan
dakwah Jamaah Tarbiah dan Jamaah Tabligh (yang di Lampung sering dikenal
dengan jaulah). Kedua gerakan ini adalah perintis awal gerakan puritanisme
kampus pasca melemahnya HMI sebagai akibat NKK/BKK mendikbud Daud Yusuf.
Kemudian disusul oleh JI/kelompok Pengajian Onta, HT dan Salafy. Selain gerakan
Islam revivalis di atas, UNILA pun mulai disemarakkan dengan masuknya aliran
syiah yang sering menamakan diri dengan Mazhab Ahlul Bait sebagai pengaruh
revolusi Iran dan terjemahan buku-buku ulama syiah Iran terbitan kelompok
Mizan.
.
4.1 Jamaah
Tabligh
Di UNILA
JT dapat dikenal dengan mudah dengan ciri-ciri fisik mereka. Berkopiah,
jubah/gamis dan jenggot adalah ciri-ciri fisik mereka yang mudah dikenali.
Setiap malam Jum’at kelompok ini mengadakan pengajian akbar di Islamic Center
di depan kampus UNILA. Umumnya mereka hidup sederhana dan bersehaja dan
berbahasa lembut, namun ketika kelompok Islam menyerang dogma mereka bisa jadi
resistensi terjadi secara lebih keras. Khuruznya (bepergian) mereka hingga
berbulan-bulan keliling daerah meninggalkan kuliah dan keluarga sering menjadi
kontroversial di kalangan masyarakat umum termasuk di kalangan mahasiswa.
Secara
dogmatis JT adalah gerakan dakwah yang sangat dekat dengan sufisme. Salah satu
kitab mereka yang sering dibaca sehabis sholat adalah fadilah Amal karya
pendiri JT asal India Syekh Yusuf Al Kandhawi. Kitab ini sering digunakan
sebagai pegangan utama dalam kegiatan khuruz mereka.
Agak susah
melacak ke mana kader-kader Jamaah Tabligh berlabuh paska kampus. Gerkan dakwah
yang menekankan pada perbaikan akhlak dan bergiat dalam amal dengan metode
khuruj (keluar daerah untuk berdakwah) cenderung menjauhi politik. Doktrin
menghindari konflik membuat mereka agak susah ditemukan dalam sektor publik
baik sebagai politikus maupun birokrat.
4.2 Jamaah
Islamiah/ Kelompok Onta
Selain
Gerakan Dakwah Tarbiah dan JT, kampus UNILA pun disemarakan dengan gerakan
dakwah yang berafiliasi dengan gerakan Jamaah Islamiah pimpinan Abu-Bakar
Baasyir dan Abdullah Sungkar di Solo. Di kampus, gerakan ini dikenal dengan
sebutan NII walaupun istilah ini tidak tepat dan hanya digunakan oleh gerakan
dakwah lain agar mahasiswa baru takut dan menghindar dari ekstrimisme mereka.
Di Unila salah satu tokoh yang dikenal adalah seorang dosen pertanian yang
dikenal sering ceramah Jum’at di Masjid Al Wasiie dengan nada ”keras” dan
pernah jihad di Ambon. Gerakan JI di Lampung dan UNILA mempunyai sejarah yang
panjang termasuk keterlibatan mereka pada peristiwa Warsidi pada masa orde
baru. Pengajian kelompok ini sering dikenal dengan ”kelompok Onta”, yang
dihubungkan dengan sebuah masjid yang ada di Jalan Onta di sekitar pasar Koga,
Bandar Lampung.
Secara
ideologis gerakan ini dipengaruhi oleh aliran Wahabi, namun mereka masih
memandang perjuangan mendirikan negara Islam dan syariat Islam sebagai tujuan
utama Negara Islam dan syariat Islam adalah dengung yang kencang dalam setiap
pembahasan tentang tujuan dakwah di kalangan aktivis dakwah. Di kalangan
aktivis perempuan (akhwat) gerakan dakwah ini di kenal karena tafsir mereka
yang berbeda dalam sholat Jum’at. Mereka umumnya menganjurkan kaum wanita untuk
sholat Jum’at dan kita dapat menemukan aktivis akhwat mereka sholat Jum’at di
Islamic Center di depan UNILA. Tafsir fiqh ini tak urung menjadi senjata
gerakan dakwah lain untuk menjauhi para mahasiswi untuk menjelaskan perbedaan
mereka dengan Islam pada umumnya.
Pasca Bom
Bali gerakan dakwah ini diperkirakan melemah, apalagi JI secara umum telah
mengalami perpecahan setelah keluarnya Abu Bakar Baasyir dari Majlis Mujahidin
dan membentuk Jama’ah Al Anshor. Gerakan ini semakin diskreditkan dengan
tertangkap nya para pelaku teror bom di Indonesia yang dianggap berhubungan
dengan mereka.
4.3 Hizbut
Tahrir
Gerakan
Islam keempat yang hidup di UNILA adalah gerakan Hizbut Tahrir. HT
masuk ke UNILA diperkirakan pada dekade 90’an dan mulai semarak di awal tahun
2000. Masuknya gerakan ini tidak dapat dipisahkan dari masuknya dosen-dosen
UNILA yang pernah belajar di IPB dan bersentuhan dengan ideolgi HT di bogor.
IPB adalah kampus yang dikenal sebagai basis terbesar gerakan ini di Indonesia.
masuknya alumni-alumni SMA di Jabotabek yang aktif di HT selama SMA ke
UNILA diperkirakan sebagai faktor lain masuknya gerakan dakwah kampus ke UNILA.
Organisasi
dakwah HT di UNILA tersusun secara rapi. Salah satu dosen pertanian UNILA
menjadi penanggung Jawab dakwah HT di UNILA. Seorang mahasiswa diangkat sebagai
pengangung jawab dakwah HT di kalangan mahasiswa. Mereka pun setiap jum’at
rajin membagikan secara gratis buletin Al Islam yang berisi pandangan-pandangan
mereka terhadap fenomena politik nasional yang sedang hangat diberitakan.
Buletin Al Islam sangat mudah kita temukan setiap Jum’at di Masjid Al Wasi’i
dan masjid-masjid di sekitar UNILA. Di kalangan mahasiswa HT membentuk
organisasi bernama Gerakan Mahasiswa Gema Pembebasan yang baru-baru ini mengadakan
kongres mahasiswa Islam (baca :HT) di Bogor.
HT
sebenarnya adalah pecahan dari gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin (IM) sehingga
dalam metode gerakannya mereka hampir mirip. Gerakan dakwah yang didirikan
Taqiyudin An Nabani ini menjadikan tegaknya kembali khilafah Islamiah dan
syariat Islam sebagai tujuan utama gerakan mereka. Sebuah tujuan yang sama
dengan Ikhwanul Muslimin namun berbeda dalam cara mencapai nya. Bedanya, IM
dalam konteks PKS tidak berani terang-terangan menyatakan syariat Islam dan khilaf
ah Islamiah sebagai tujuan gerakan dakwah mereka.
HT
cenderung menolak demokrasi karena menganggap sistem Demokrasi adalah sistem
kufur dan bukan dari Islam. HT juga memandang partai politik, pemilu dan
parlemen adalah sistem yang kufur dan bertentangan dengan Islam. Namun, Jamaah
Tarbiah/IM/ PKS memandang demokrasi bisa didialogkan dengan Islam dan
menjadikan demokrasi sebagai salah satu cara berdakwah dengan cara mendirikan
partai politik, ikut pemilu dan parlemen. Masalah pokok tentang demokrasi dan
masuk atau tidaknya di parlemen ini lah yang menjadi isu penyebab konflik
antara kader Tarbiah dan HT di kampus termasuk di UNILA.
4.4
Salafy
Di
Indonesia gerakan dakwah ini dimulai dengan pulangnya para alumni Timur Tengah
terutama Saudi Arabia ke Indonesia dengan membawa ajaran wahabi yang ”murni”.
Salafy dapat diartikan sebagai gerakan dakwah yang ingin membawa umat Islam ke
pemahaman otnetik Islam yaitu para pemahaman generasi awal Islam (salaf). Tokoh
senior gerakan dakwah ini tersebar di kota-kota besar di Indonesia. .
Pada
awalnya gerakan dakwah ini bersatu, namun perkembangan berikutnya seiring
dengan konfik perang Irak-Kuwait gerakan dakwah ini terpecah-pecah. Di
negeri asalnya Arab Saudi gerakan ini pecah menjadi dua yaitu Salafy yang pro
ulama-ulama senior Saudi seperti bin Baz, Al Albani dan Utsaimin yang mendukung
peran serta Amerika dalam konflik Irak-Kuwait, serta Salafy yang pro ulama
Kuwait Ibnu Surur yang menentang intervensi Amerika di Perang Irak Kuwait.
Kelompok terkahir ini di-istilahkan dengan kelompok Sururi.
Pengaruh
konflik di Timur Tengah pun membawa pengaruh ke Indonesia. Salafy
terpecah menjadi salafy pro Ja’far Umar Tholib dan Pro Ustadz Abu Nida. Konflik
di Indonesia disebabkan oleh penolakan Ja’far terhadap pesantren Jamilur Rahman
di Jogja asuhan Abu Nida yang menerima dana bantuan dakwah dari Yayasan Ihyatut
Turot yang dicurigai berafilisi pada kelompok sururi.
Konflik
dua kelompok salafy ini semakin diperparah dengan konflik Ambon. Kelompok
Ja’far menganggap jihad di Ambon adalah wajib bagi seluruh muslim di Indonesia,
sedangkan kelompok Abu Nida berpendapat sebaliknya. Jafar Umar Tholib.
Dengan berpegangan dengan fatwa Ulama Saudi asal Yaman, Syekh Muqbil, Ja’far
akhirnya mendirikan Laskar Jihad sebagai organisasi para militer yang
menghimpun kaum muslimin yang ingin berjihad ke Ambon.
Belakangan
Ja’far dikucilkan dari kelompoknya sendiri karena dianggap melakukan manipulasi
fakta di Ambon sehingga para Ulama Timur Tengah merasa tertipu dan salah dalam
fatwanya. Ja’far dianggap memanfaatkan Laskar Jihad untuk kepentingan
pribadinya. Di kalangan dunia kampus salafy yang mengucilkan Ja’far kemudian
dikenal dengan istilah salafy XL, sebuah akronim yang di-inspirasi dari
provider komunikasi yang beararti “Eks Laskar”. Ada juga yang menyebut kelompok
ini dengan istilah Salafy Yamani dikarenakan umumnya ustadz-ustadz mereka
berguru di Yaman bersama Syeikh Muqbil bin Hadi Al Wadii. Ulama salafy asal
Yaman ini dikenal sangat keras dalam doktrin agamanya.
Salafy
adalah gerakan dakwah ter-muda yang masuk di UNILA. Gerakan dakwah ini adalah
gerakan dakwah yang diperkirakan masuk di sekitar awal tahun 2000an paska
konflik Ambon. Belum ada data yang pasti kelompok salafy yang mana masuk ke
Lampung. Masuknya alumni-alumni majelis-majelis pengajian dan pesantren salafy
murid Jafar Umar Tholib dan Umar As Sewed dari di Jawa ke Lampung diperkirakan
sebagai pembawa gerakan dakwah ini ke UNILA. Sedangkan kelompok Abu Nida
tampaknya masuk belakangan. Sering datangnya Ustad Yazid dari Bogor dan Ustadz
Abdul Hakim Abdat dari Jakarta ke Lampung menunjukkan eksistensi kelompok Abu
Nida di UNILA.
Salafy
adalah kelompok yang dikenal sebagai kelompok yang keras permusuhan-nya dengan
PKS dan kelompok dakwah yang lain di UNILA. Pengajian kelompok ini pernah
diusir di Masjid Al Wasi’i oleh BPH karena dianggap meresahkan dengan tuduhan
bid’ahnya terhadap kelompok yang lain. Kelompok ini pun dikenal sebagai
pelabuhan terakhir dari pencarian kebenaran dari mahasiswa-mahasiswa UNILA yang
haus akan Islam setelah mereka keluar masuk gerakan dakwah yang lain.
4.5
Jamaah Tarbiah/ Ikhwanul Muslimin/ PKS
Geneologi
PKS sebenarnya tidak lepas dari gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang hadir
sebagai usaha mendirikan negara Islam di Indonesia. Tokoh Ketua Majelis Syuro
PKS KH Hilmi Aminudin (HA) adalah perintis awal dakwah yang pernah
ditangkap oleh pemerintah orde baru dan dipenjarakan selama tiga tahun. Ia
mulai bersentuhan dengan ideologi IM ketika ia keluar dari penjara dan kemudian
belajar di Saudi. Di Saudi, HA bertemu dan belajar dengan Muhammad Qutub, adik
sayyid Qutub, ideolog terkemuka IM. HA juga belajar dengan Musyid Amn IM
(pemimpin) Said Hawa,
Pada tahun
1979 HA pulang dari Saudi dan mulai merekrut kader baru, dua diantaranya adalah
KH Rahmat Abdullah (dijuluki Syaikhut Tarbiah) yang merupakan perintis dakwah
tarbiah di Jakarta dan Abu Ridho. Pada tahun ini pula HA diangkat sebagai
amir jamaah Ikhwanul Muslimin Asia Tenggara. Sebuah posisi yang setara dengan
Amir Jamaah Islamiah (JI) Abdullah Sungkar yang selanjutnya diteruskan
Abu Bakar Baasyir.
Sebagai
organisasi yang dilarang di Mesir, IM adalah ancaman serius orde baru yang sangat
alergi dengan Islam Politik. Inilah yang membuat struktur IM dirahasiakan
(sirriyatu Tanzhim), termasuk di kampus. Di kalangan aktivis dakwah hanya
sedikit orang yang punya akses ke para orang ”di balik layar” ini, tidak banyak
yang tahu bahwa Jamaah Tarbiah sebenarnya dipimpin oleh Ustad Hilmi Aminudin,
seorang yang tepat disebut dengan ”The God Father”, Amir Jamaah Ikhwanul
Muslimin di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Nama Hilmi pun tidak terdapat dalam
piagam pendirian PK, ini menunjukkan bagaimana begitu tertutup-nya PKS pada
saat itu.
Hilmi, Abu
Ridho dan Rahmad Abdullah ternyata berhasil merekrut kader awal dakwah ”made in
Indonesia”. Mereka adalah Mutammimul ‘Ula, Anis Matta, Untung Wahono,
Yusuf Supeni, dan lain-lain. Kader dakwah ini kemudian semakin kuat setelah
berpulang-nya alumni Timur Tengah generasi kedua seperti Hidayat Nur Wahid,
Ahzami Samiun Jazuli, Salim Sagaf Al Jufri dan lain sebagainya.
Sebelum
PKS berdiri Jamaah Tarbiah sebenarnya sempat mendirikan KAMMI (maret
1998) sebagai alat perjuangan menumbangkan rezim orde baru. Saat PKS
(saat itu bernama PK) berdiri pada tahun 1998 PKS hanya dijadikan sebagai
wasilah (wadah dakwah) saja. Sedangkan Jamaah Tarbiah (amir dan struktur
organisasinya tetap rahasia) tetap menjadi induk gerakan yang mengkoordinir
gerakan dakwah baik di kampus, profesi, ekonomi, pendidikan dan seluruh lapisan
kehidupan masyarakat.
Sebelum
pemilu 2004 PK pun berubah menjadi PKS, Hilmi Aminudin pun muncul ke permukaan
sebagai ketua Dewan Syuro PKS. Ini menunjukan PKS telah lebih terbuka sehingga
ada istilah ”dakwah ya partai, partai ya dakwah”. PKS telah bermetamorfosis
menjadi pemegang langsung koordinasi dakwah yang selama ini dipegang oleh
organisasi rahasia tersebut. Priode ini lah berarti PKS telah berubah ke
persiapan tahapan fase Dauliy dengan berkolisi dengan SBY/JK usai pemilu 2004
hingga sekarang.
PKS
dibawah kepemimpinan Hilmi dan Anis Matta mulai membelokan PKS ke arah yang
lebih moderat. Sikap PKS yang moderat pasca pemilu 2004 ini menjadi kontroversial
apalagi dengan ditolerirnya hidup mewah, mobil bagus dan beristri kedua yang
cantik di kalangan PKS. Kader-kader kritis PKS melihat sinyal adanya upaya
intervensi PKS oleh intelijen apalagi dengan masuknya Soeripto
seorang yang dicurigai intelijen orde baru ke dalam PKS. Tujuan
intervensi ini adalah adanya kekhawatitan militer akan besarnya dakwah PKS.
Alasan masuknya intelijen ke PKS juga diperkuat dengan sejarah Hilmi yang
pernah dihukum dan dibebaskan secara ”mudah” oleh orde baru. Dalam wawancara
dengan salah seorang wartawan tempo mantan aktivis BEM KM UGM, Hilmi dicurigai
sebagai orang kepercayaan Ali Moertopo dan ditugasi untuk membuat gerakan Islam
baru dalam rangka meredam Islam politik pada masa orde baru.
4.6
Genologi Jamaah Tarbiah/PKS di UNILA
Perkembangan
dakwah dalam ala Jamaah Tarbiah yang diinspirasi oleh Ikhwanul Muslimin kedalam
4 fase yaitu: Mihwar Tanzhimi, yakni membangn fondasi awal dakwah dengan
membangun organisasi yang kuat dan menjadi kekuatan pokok dalam dakwah,
menghasilkan kader dakwah yang militan. Pembinaan dan kaderisasi adalah kunci
penting dalam fase ini dan dilakukan dengan fase yang sangat panjang.
Fase kedua
adalah fase dimana dakwah mulai membangun basis kemasyarakatan dalam rangka
mendukung dakwah. Fase ini diistilahkan dengan mihwar Sya’biy. Fase ketiga
adalah fase dimana dakwah mulai membangun berbagai lembaga untuk mewadahi
berbagai kerja perjuangan di sektor-sektor kehidupan masyarakat. Fase ini
diistilahkan dengan mihwar mu’assasi.
Fase
keempat adalah dimana dakwah sudah memasuki ranah kenegaraan. Dakwah sudah
mampu mendapatkan intitusi kekuasaan (baca:negara) untuk menjalankan kewajiban
dan syariat agama bagi seluruh masyarakat. Fase ini dikenal dengan istilah
mihwar Dauliy.
Mihwar
Tanzimi di Unila dimulai ketika berdatangannya alaumni LIPIA
(univeristas Islam Ibnu Suud cabang Jakarta) yang beraliran wahabi dan
dipengaruhi oleh ideologi gerakan Ikhwanul Muslimin. Mereka masuk ke
Lampung pada dekade 80’an. Masuknya alumni LIPIA ini lah yang menjadi
perintis masuknya ideologi Ikhawanul Muslimin/ Tarbiah ke kampus.
Mahasiwa-mahasiwa UNILA adalah salah satu sasaran dakwah mereka. Mulailah para
pelopor dakwah ini mendidik mahasiwa UNILA agar menjadi militan dalam
berdakwah.
Sekarang
alumni LIPIA ini ditampung di sebuah pesantren yang berada di sekitar kampus
UNILA yaitu Darul Fatah (DF) dan Darul Hikmah (DH). Salah satu tokoh alumni
LIPIA yang sangat dikenal di kalangan dakwah di Kampus adalah Ustadz Ari
Wibowo,LC yang merupakan mantan ketua DPW PKS dan sekarang di dewan syuro DPW
PKS Lampung. Ustadz Ari Wibowo dapat dikatakan sebagai perintis awal dakwah. Di
LIPIA, beliau merupakan teman seangkatan tokoh gerakan salafy di
Indonesia, Jafar Umar Tholib.
Kader-kader
awal dakwah kampus (mihwar Tanzimi) dapat kita lacak dengan mudah karena mereka
sekarang telah menjadi tokoh publik terkenal di Lampung. Tokoh partai keadilan
seperti Akhmadi Sumaryanto (calon wakil Guberbur dari PKS dalam pilgub 2008)
dan Ustad Abdul Hakim (anggota DPR dari fraksi PKS 2004-2014) adalah kader awal
dan perintis dakwah Tarbiah (baca: ikhwanul Muslimin) di Universitas
Lampung. Selanjutnya kader-kader awal gerakan dakwah Tarbiah di UNILA
tersebar di berbagai profesi baik sebagai anggota DPRD maupun dalam bidang bisnis.
Mereka pada umumnya berapiliasi dengan Partai Keadilan Sejahtera baik
sebagai pengurus maupun hanya sekedar sebagai simpatisan.
Saat ini
dalam konteks UNILA dapat dikatakan Jamaah Tarbiah telah memasuki fase Dakwah
Mihwar Dauliy dikarenakan kemampuan mereka merebut lemabga formal Kampus seperi
BEM dari penguasaan yang cukup lama dari HMI. Penguasaan PKS terhadap BEM pada
tingkat Universitas di UNILA dimulai disekitar tahun 1999 pasca reformasi
hingga sekarang. Mantan presiden Mahasiswa UNILA umumnya aktif di PKS pasca
kampus. Nama seperti Iwan Kurniawan, Presiden Mahasiswa 2003-2004, mahasiwa
teknik angkatan 1999, adalah staf ahli Fraksi PKS 2004-2009 dan asisten pribadi
anggota DPR Fraksi PKS dari Lampung KH Abdul Hakim. Vitorio Dwison presiden
Mahasiswa UNILA 2003-2004, mahasiswa Ilmu Pemerintahan angkatan 1998
adalah caleg PKS untuk DPRD Provinsi Lampung dari Lampung Tengah dan
ketua pemenangan pemilu 2009 DPW PKS Lampung.. Ihsan Taufik adalah Presiden
Mahasiwa 2004-2005, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2000 ini adalah caleg
PKS untuk DPRD provinsi Lampung namun mengundurkan diri karena menjadi PNS di
Pesawaran. Begitupula dengan Aep mahasiswa MIPA angkatan 2001 yang juga menjadi
caleg DPRD Provinsi namun gagal dan sekarang aktif di DPW PKS.
BAB V
Jejaring PKS di UNILA
Gambaran
umum pada bab sebelumnya menunjukkan begitu semaraknya gerakan dakwah Islam di
Lampung dan UNILA khususnya, namun diantara gerakan dakwah tersebut gerakan
Tarbiah yang kemudian bermetamorfosis menjadi PKS lah yang dirasa paling dominan
dikarenakan penguasaan mereka terhadap lembaga-lembaga formal kampus seperti
LDK dan BEM baik di tingkat Universitas hingga fakultas bahkan jurusan.
Bab 5 ini
akan membahas bagaimana model hubungan antara PKS dengan LDK dan BEM serta
bagaimana pengaruh PKS terhadap kebijakan atau program mereka dalam rangka
kepentingan politik praktis PKS serta cara PKS mempertahankan kampus sebagai
basis utamanya.
5.1 Tim
Dakwah Kampus
Sangat
sulit untuk melacak jejaring PKS dan model hubungannya di kampus. Hal ini
dikarenakan tertutup-nya organisasi ini sehingga peneliti perlu kedekatan
secara personal terhadap responden. Responden harus dikondisikan merasa
peneliti adalah bagian dari dakwah mereka (ikhwah).
Dalam dua
wawancara dengan dua orang mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya terdapat
model hubungan yang rahasia dan rapi antara PKS dan lembaga formal kampus. Data
responden adalah dua-duanya mahasiswa fisip dan aktif sebagai petinggi di
FSPI FISIP, KAMMI dan liqo (pengajian kecil bagi kader tarbiah).
Model
hubungannya dapat ditunjukkan dalam diagram di bawah ini:
DPW PKS
Bidang Dakwah Tulabi
(Kemahasiswaan)
Tim Dakwah
Kampus UNILA
Badan
Kelembagaan
Dewan
Pembinaan
Badan Akademik
Universitas
(BKU)
Universitas
(DPU)
Universitas (BAU)
Badan
Kelembagaan
Dewan
Pembinaan
Badan Akademik
Fakultas
(BKF)
Fakultas (DPF)
Fakultas (BAF)
Tim Dakwah
Jurusan (TDJ)
Sumber :
Hasil wawancara dengan IW dan AI tanggal 12 dan 13 November 2009
Dari
diagram berikut dapat dijelaskan bahwa dakwah kampus terbagi kedalam tiga area
dakwah yaitu: politik kelembagaan kampus (BKU,BKF, TDJ), Dakwah atau
pembinaan kampus (DPU,DPF) ndan Dakwah Akademik. (BAU,BAF). Ketiga arena
dakwah ini merupakan pembagian berdasarkan karakter mahasiswa yang terbagi ke
dalam 3 minat orientasi aktivitas mahasiswa selama kuliah yaitu politik kampus,
religius keislaman, dan minat akademik, penelitian dan penalaran. Ini sesuai
dengan doktrin dakwah mihwar Muassasi.
.
Ketiga
arena dakwah ini dikoordinir oleh seorang mas’ul (pemimpin) kampus yaitu
seorang koordinator Tim Dakwah Kampus UNILA yang berinisial S dan merupakan
seorang dosen.
Model ini
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang ada di UGM, UI, ITB, IPB dan kampus
besar lainnya di Jawa. Yang berbeda di UGM istilah BKU, DPU, BAU diganti dengan
istilah dakwah Kampus A (BKU), Dakwah Kampus B(DPU) dan Dakwah Kampus C (BAU)..
Khusus untuk IPB, dan ITB koordinator Tim Dakwah Kampus di bawah DPD
PKS masing-masing kampus bukan DPW Jawa Barat dikarenakan kondisi
geografis Jawa Barat yang luas.
5.2
Arena Dakwah Politik Kampus (BEM)
Di arena
kelembagaan atau politik Kampus, ketua BEM Universitas bertanggung
jawab terhadap koordinator BKU yang biasanya diisi mantan presiden mahasiswa
yang bertanggung jawab kepada koordinator/ mas’ul kampus TDK. Begitu pula
dengan fakultas yang bertanggung jawab terhadap BKF dan seterusnya hingga ketua
HMJ yang bertanggung jawab terhadap TDJ.
Kebijakan
BEM universitas umumnya dibahas di tingkat syuro/musyawarah BKU dan di sinilah
terkadang pesanan-pesanan kebijakan PKS dibahas. Salah satu contoh pengaruh PKS
terhadap BEM U adalah demonstrasi APBD provinsi Lampung yang serat dengan
kepentingan PKS..Bahkan cair nya dana ratusan juta APBD Provinsi Lampung untuk
proposal program BEM U disinyalir hasil lobi Fraksi PKS di DPRD Lampung dengan
konsekuensi 50 % dari uang yang cair harus disumbangkan ke DPW PKS(hasil
wawancara dengan IN mahasiswa MIPA angkatan 2006 mantan staf BEM U pada tanggal
10 Desember 2009).
Dalam isu
politik nasional, BEM pun disinyalir menjadi alat kepentingan PKS dalam
menghadapi pemilu 2004 dan 2009. Pada pemilu 2004 BEM seluruh Indonesia
diarahkan ke vooter education dengan tujuan mengarahkan siswa SMA untuk memilih
PKS (Wawancara dengan Maya Uspasari mahasiswa Pertanian Unila angkatan 1999
yang menjadi penggiat vooter Education, tanggal 1 Novemebr 2009) .
Pada
pemilu 2004 saat peneliti aktif di BEM UGM, dalam sebuah pertemuan BEM
se-Indonesia di UI, program vooter education adalah titipan DPP PKS dan dibahas
secara rahasia dengan menghadirkan Mustapa Kamal, anggota DPR PKS dan
penanggung Jawab Kepemudaan DPP PKS.
Begitu
pula dengan pemilu 2009, program pendataan pemilih yang dilakukan oleh BEM
seluruh Indonesia adalah program PKS agar pemilih potensial nya (mahasiswa)
dapat menggunakan hak pilihnya. ( Wawancara dengan IN 10 Desember 2009).
Dalam pemilihan
presiden Mahasiswa, calon presiden dipilih dari syuro/ musyawarah khusus yang
mengundang anggota-anggota BKF dan BKU seluruh UNILA. Syuro ini rahasia dan
tidak semua mahasiswa mendapat akses informasi di syuro ini. Pada tahun 2009
dunia kampus UNILA menjadi lebih dinamis dikarenakan adanya dua calon dari
basis masa yang sama yaitu dari KAMMI dan dari hasil syuro BKU. Konflik dari
dua organisasi sejenis ini menjadi menarik dengan penolakan KAMMI atas calon
yang diajukan BKU yang dianggap pragmatis, tidak memiliki kompetensi dan
dicalon dari musyawarah yang oligarki. Perpecahan ini tak urung membuat DPW PKS
turun tangan dan memerintahkan melalui para murroobi (pembina liqo) kampus
(umumnya mahasiswa senior dan dosen) untuk setiap kader dakwah kampus UNILA
memilih calon yang dihasilkan oleh syuro BKU bukan KAMMI.. (wawancara dengan IW
dan AI pada tanggal 12 dan 13 November 2009 serta IS peringgi KAMDA Lampung
sesat setelah pemilihan presiden mahasiswa).
Intervensi
PKS juga dapat dilihat dari syarat ketua BEM yang mensyaratkan seseorang yang
secara jenjang pengkaderan di PKS adalah kader muda. Lebih lengkap jenjang
pengkaderan PKS dapat dilihat di tabel berikut:
Jenis Keanggotaan
|
Pengertian
|
Anggota
Pemula
|
Mereka
yang mengajukan permohonan untuk menjadi anggota partai, dan terdaftar dalam
keanggotaan partai yang dicatat oleh Dewan Pimpinan Cabang setelah lulus
mengikuti Training Orientasi Partai I (satu).
|
Anggota
Muda
|
Mereka
yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan
Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dasar satu.
|
Anggota
Madya
|
Mereka
yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan
Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dasar dua.
|
Anggota
Dewasa
|
Mereka
yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan
Wilayah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat lanjut.
|
Anggota
Ahli
|
Mereka
yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan
Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat tinggi.
|
Anggota
Purna
|
Mereka
yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan
Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat ahli.
|
Anggota
Kehormatan
|
Mereka
yang berjasa dalam perjuangan partai dan dikukuhkan oleh Majelis Pertimbangan
Partai
|
Sumber:kaderisasi
DPP PKS
Syarat
kader dakwah tidaklah mutlak seperti tabel di atas. Dalam konteks kampus kader
muda adalah kader dakwah yang sudah lulus training LKM ( Latihan kepemimpinan
Mahasiswa) tingkat Lanjut yang diselenggarakan oleh TDU. LKM tingkat
lanjut ini bersifat rahasia, bahkan undangan nya pun harus dibakar setelah
diterima kader bersangkutan. (wawancara dengan IW tanggal 12 November 2009)
Jenjang
kaderisasi sebelum LKM Tindak lanjut adalah LKM tingkat dasar bagi kader dan
LKM tingkat menegah untuk pemula. Dua LKM ini tidaklah dilakukan
tertutup, umumnya include di dalam kaderisasi LDK formal baik tingkat
fakultas maupun universitas.
5.3
Arena Dakwah Pembinaan Keislaman (LDK)
Arena dakwah
ini dimulai sejak tahun 1980’an pada fase mihwar Tanzimi. Seorang ketua
Birrohmah bertanggung Jawab terhadap seniornya di DPU (dewan pembinaan
Universitas). Seorang ketua LDK fakultas bertanggung jawab pada
koordinator DPF fakultas. (sumber wawancara dengan I W tanggal 12 November
2009).
Kebijakan
dakwah dan strategi pembinaan biasanya dibahas di syuro DPU dan DPF. Salah satu
program yang strategis bagi perekrutan kader dakwah adalah ajang Bimbingan
Belajar Qur’an (BBQ sebuah kuliah wajib tambahan mata kuliah agama Islam yang
dikelola LDK. Model rekrutmen ala BBQ juga terdapat di kampus yang
lain dengan nama yang berbeda, misalnya di. UGM bernama Asistensi Agama Islam.
Model BBQ
sangat mirip dengan sel-sel pembinaan (Holaqoh) yang kemudian di-istilahkan
dengan liqo di gerakan Ihkwanul Muslimin. Isi dari pembinaan ini biasanya
pengetahuan dasar keagamaan dan belum menyinggung politik praktis. Materi BBQ
biasanya berisi materi dasar seperti Mengenal Allah, Mengenal Rasul, Makna
Syahadat dan tajwid-tajwid Qur’an. Referensi yang digunakan biasanya adalah
buku-buku Said Hawwa (Al Islam, Ar Rasul), Sayyid Qutub ( Mualim fi Thorik, Fi
Zhilalil Qur’an), Hasan Al Banna, Yusuf AL Qordhowi dan lain sebagainya.
Materi BBQ ini mirip dengan materi holaqoh atau liqo yang biasanya berbentuk
panah-panah ini dahulu adalah materi yang rahasia namun sekarang sudah terbuka
dana dapat diakses dengan mudah di internet.
Tujuan
dari BBQ selain mahasiswa baru bisa membaca qur’an dan memahami Islam sebagai
Islam kaffah adalah mengajak mereka dengan gerakan dakwah secara halus ke
fase rekrutmen berikutnya yaitu follow up BBQ. Bila pada BBQ biasa dipegang
oleh senior yang tidak mesti dari kader Tarbiah ( bisa Salafy, HT dan
lain-lain), pada ajang follow up yang menjadi pembina atau murrobi
adalah mahasiswa senior, alumni atau dosen yang sudah menjadi kader tarbiah
atau PKS. Diajang follow up inilah peserta mulai dikenal dengan PKS,
ideologi Ikhwanul Muslimin dan politik adalah bagian dari dakwah.
Selain BBQ
program pengajian LDK sering diisi oleh kader-kader dakwah PKS. Salah satunya
adalah acara Birrohmah pada tangga 22 November 2009 yang mengundang seluruh
aktivis dakwah kampus. Acara ini bertajuk kongres pemuda : ”silaturrahmi
aktivis dakwah Kampus Lampung” dengan pembicara Hermawan ( penanggung
jawab Dakwah Tulabi DPP PKS) dan Vittorio Dwison (pengurus DPW PKS Lampung)
yang menggantikan Ustadz Akhmad Jazuli ( Ketua DPW PKS Lampung dan anggota DPD
RI 2009-2014).
Selain
liqo atau forum holaqoh yang merupakan bentuk follow up BBQ, LDK, di
UNILA seperti umumnya LDK di kampus lain, juga mengadakan kegiatan
pembinaan dalam berbagai variasi. Kegiatan pembinaan itu seperti mabit
(bermalam di Masjid) dauroh (pelatihan/Training), rihlah, kegiatan alam
(Mukhoyam), seminar dan bedah buku yang melibatkan kader-kader PKS sebagai
pengisi acara. Umumnya menjelang berakhirnya BBQ LDK se-UNILA mengadakan
acara mabit untuk menyentuh sisi psycologis mahasiswa baru dengan sholat
Tahajud bersama dan renungan yang dipimpin seorang Ustadz yang mebuat
peserta menangisi akan dosa yang diperbuat. Training seperti ini juga dilakukan
di HMI di LK(Latihan Kader) 1 mereka.
LDK
sebagai basis penting dalam mendidik kader dakwah dan supply bagi
kepemimpinan di PKS pun diperkuat pernyataan M Hermawan. Mantan Ketua
KAMMI pusat, pengurus DPP PKS bidang kemahasiswaan, dan caleg PKS DPR RI dari
dapil Sumatera Selatan ini melihat kampus adalah basis penting sebagai bassis
kader dan kepemimpinan di PKS setelah paska kampus, seperti dikutip di
bawah ini
Sudah
teruji sebenarnya bahwa aktivis dakwah kampus ini merupakan supply terbesar
bagi gerakan dakwah yang besar seperti aktif di LSM gerakan dakwah, bahkan
partai politik (PKS), pemimpin-pemimpinnya sangat banyak didominasi mantan
aktivis dakwah kampus. (sumber: ceramah tanggal 22 November 2009)
5.4 Arena
dakwah Akademik
Arena
dakwah ini adalah yang relatif baru. Dakwah di bidang akademik di dikoordinir oleh
lembaga yang disebut Badan Akademik Universitas (BAU) yang dibentuk untuk
merekrut calon kader dakwah yang mempunyai minat dalam bidang akademik,
penelitian dan penalaran. Lapangan dakwah ini adalah kelembagaan dakwah kampus
yang relatif muda .Di tingkat fakultas dakwah akademik dikoordinir oleh
seorang mahasiswa yang punya kemampuan yang baik di bidang akademik dan
penelitian. Mahasiswa yang mengikuti lomba-lomba penelitian, penalaran dan IPK
tinggi adalah rana dakwah BAU ini. BAU juga menggarap lembaga-lembaga formal
kampus yang bergerak pada ranah penelitian dan penalaran mahasiswa.
5.5
Tim Dakwah Akademik
Selain Tim
Dakwah Kampus, jaringan PKS UNILA juga juga diisi oleh dosen-dosen yang
merupakan kader dakwah namun tidak bisa ditampung di Partai karena status
mereka sebagai PNS. Mereka tergabung dalam yang disebut dengan Tim Dakwah
Akademik (TDA). TDA dalam kampus diarahkan untuk masuk struktur birokrasi
penting di kampus, baik sebagai kepala Lab, ketua Jurusan, hingga memengaruhi
forum-forum penting pengambilan kebijakan dari level jurusan hingga senat. Para
dosen ini juga bersinergi dalam mentarbiah para mahasiswa baru dengan
menjadi tutor agama (murrobi) baik di BBQ maupun follow up nya, sehingga
diharapkan dengan turun tangannya dosen maka mahasiswa lebih mudah direkrut
sebagai kader dakwah. Rekrutmen antar sesama dosen pun dilakukan sebagai bagian
dari dakwah profesi, sehingga tidak jarang banyak dosen-dosen UNILA yang
mulai bersentuhan dengan ideologi Tarbiah setelah mereka menjadi dosen, bukan
pada saat di kampus. (sumber : FGD dengan N, dan W tanggal 7 Desmeber 2009).
Kampus
UNILA memiliki ciri khas dalam tim dakwah akademik dibanding
kampus-kampus lain. Ciri khas itu adalah cukup berpengaruhnya dosen dalam
dakwah kampus. Hal ini dikarenakan banyaknya dosen-dosen UNILA yang sudah
ditarbiah sebelumnya ketika mereka masih kuliah S1. Hal ini tidak terjadi di
UGM dan kampus lainnya di Jawa karena masih minimnya dosen-dosen yang
ditarbiah. Kampus IPB dan UI termasuk yang mirip dengan UNILA, kampus
yang dominasi dakwah akademik di kalangan dosen cukup signifikan.
5.6 KAMMI
dan posisinya di Kampus
Dalam
wawancara dengan banyak keder KAMMI UNILA, posisi KAMMI di kampus sangat
dilematik. KAMMI sejak 2004 berada di posisi luar dakwah kampus. Dalam struktur
rahasia PKS KAMMI berada di ranah dakwah politik, hukum dan keamanan,
disejajarkan dengan lembaga-lembaga LSM bentukan PKS. KAMMI dicabut dari
akarnya sebagai organisasi bentukan LDK pada 1998 menjadi organisasi yang
berbeda ranah dakwahnya dengan LDK. (wawancara IW tanggal 12 November 2009).
Dinamika
di KAMMI sangat tinggi di Pusat maupun di level daerah Lampung. Ketua KAMMI
Pusat pada masa Rahmantoha Budianto (biasa dipanggil Amang) mencoba menjaga
jarak dan independen dari PKS dengan membangun hubungan baik dengan
partai-partai Nasionalis. Sikap KAMMI Pusat yang ”memberontak” dengan PKS
ini tidak disenangi elite PKS terutama menjelang pilpres 2009. KAMMI secara
terang-terangan tidak mendukung SBY, calon presiden dukungan PKS, dengan menggunakan
istilah ”menolak calon presiden yang berpaham Neo-Liberalisme” Sikap Amang
(Ketua KAMMI pusat saat itu) yang membuatnya diturunkan secara paksa dan
digantikan Rijalul Imam, anak IAIN Jogja yang dapat ”dipegang PKS” dalam
mengamankan agenda koalisi.
Sikap
KAMMI pusat yang nakal ini terbawa ke KAMDA Lampung, khususnya UNILA. Konflik
pemilihan Presiden Mahasiswa antara yang dicalonkan BKU yaitu Antomi Saregar
dan calon Presiden yang dicalonkan KAMMI, Tito Amazon pun tidak terhindari.
Perpecahan antar aktivis dakwah kampus ini membuat DPW Lampung perlu turun
tangan untuk mengamankan UNILA dengan mengeluarkan ilanat (perintah) agar
seluruh kader KAMMI memilih Antomi Saregar sebagai presiden UNILA.
Konflik
ini berimbas pada konflik pada tataran kultural. Istilah ”murtad” pun keluar
untuk kader dakwah yang tidak mengikuti hasil syuro. Imbas yang lain adalah
adanya sekelompok pemberontak di KAMMI yang menginginkan KAMMI kembali ke
kampus, dan merebut supremasi BKU. Konflik antara KAMMI dan Tim Dakwah Kampus tidak
lepas dari oligarki syuro kampus yang tidak dapat mengayomi anak muda KAMMI dan
tidak bisa menghasilkan calon presiden yang mempunyai kompetensi dalam
perpolitikan kampus.
BAB VI
Kesimpulan dan Rekomendasi
6.1
Kesimpulan
•
PKS adalah partai yang merupakan perpanjangan ideologi Trans-Nasional
revivalisme Islam Ikhwanul Muslimin (IM). IM di Indonesia diberi nama
Jamaah tarbiah yang memiliki basis massa di kampus. Pada masa orde baru posisi
Jamaah Tarbiah dalam karangka konstelasi politik tidak lah ”berma-salah” karena
ia tidak berbentuk partai yang bertujuan merebut kekuasaan.
•
Paska orde baru dan PK(S) berdiri, model hubungan PKS di kampus pun masih
terjalin erat. Kampus UNILA berada di bawah koordinasi Tim Dakwah Kampus
(TDK), sebuah lembaga rahasia (syirriah Tanzimi) yang bertanggung jawab pada
bidang dakwah Tulabi DPW PKS.
•
TDK membawahi tiga lembaga yang mengkoordinir tiga arena dakwah yaitu
Badan Kelembagaan Universitas (BKU) yang mengurus dakwah politik kampus seperti
BEM dan DPM Universitas. Pada level fakultas ada Badan Kelembagaan
Fakultas (BKF) yang mengkoordinir BEM dan DPM Fakultas hingga HMJ.
•
TDK membawahi Dewan Pembinaan Universitas (DPU) yang mengkoordinir Birrohmah di
Arena dakwah keislaman, dan di fakultas disebut dengan DPF yang
mengkoordinir LDK tingkat fakultas. Ketua Birohmah bertanggung jawab kepada DPU
dan LDK fakultas bertanggung jawab pada DPF
•
Dakwah di bidang akademik dan penelitian di tingkat Universitas dikoordinir
oleh Badan Akademik Universitas (BAU) dan di tingkat fakultas di bawah
koordinasi Badan Akademik Fakultas (BAF)
•
Selain Tim Dakwah Kampus, UNILA juga memiliki Tim Dakwah Akademik (TDA)
yang berisi dosen-dosen yang berideologi Tarbiah di UNILA. TDA ini
berperan sebagai wadah dakwah profesi yang aktivitasnya berusaha memengaruhi
kebijakan kampus, baik sebagai pejabat dan birokrat maupun sebagai pembina
holaqoh tarbiah yang ada di kampus.
•
Posisi KAMMI di UNILA tidaklah begitu signifikan dikarenakan KAMMI tidaklah
diletakkan di ranah dakwah kampus (tulabi) melainkan dakwah bidang politik,
Hukum dan Keamanan.
•
Peran PKS dalam memengaruhi kebijkan BEM dapat dilihat dari program kerja BEM
UNILA yang merupakan “pesanan” PKS seperti vooter education pada pemilu 2004
dan pendataan pemilih pada pemilu 2009. Fraksi PKS DPRD Lampung juga berperan
dalam mensukseskan pencairan APBD Prov. Lampung untuk program BEM. Dalam
kaderisasinya, ustadz-usatdz PKS sangat memengaruhi program-program LDK
seperti BBQ dalam setiap model kaderisasi dan pelatihan yang dilakukan.
•
Latar belakang mahasiswa UNILA yang non-santri adalah lahan subur bagi
berkembangnya gerakan revivalisme Islam dan menjadikan mereka santri baru yang
eksklusif . Ini adalah penjelas mengapa PKS tumbuh subur di kampus-kampus
“sekuler” seperti UNILA.
5.2
Rekomendasi
•
Keberadaan PKS di kampus adalah sebuah realitas yang tidak dapat di-pungkiri
sebagai konsekuensi dari era liberalisasi politik saat ini. Yang perlu
dilakukan oleh civitas academica di UNILA mengawasi lembaga-lembaga formal
mahasiswa yang didanai “uang rakyat” dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga formal
kampus bukan untuk kepentingan rakyat tetapi kepentingan sekelompok elite
politik baik di tingkat nasional maupun daerah atas nama dakwah.
•
Perlunya merevisi program Bimbingan Belajar Qur’an (BBQ) yang dikelola
LDK karena terbukti untuk merekrut kader secara efektif. Rektorat juga perlu
tidak memformalkannya sebagai kuliah tambahan karena masalah belajar agama
adalah bukan tanggung jawab Universitas dan ini masalah privasi yang tidak
layak dibawa ke arena publik. Hal ini juga dapat membuat kecemburuan gerakan
dakwah di luar Tarbiah dan juga partai-partai politik lain.
Daftar Pustaka
Agus
PR,SE,Ak. Dakwah Parlemen di Era Otonomi Daerah, Tangerng: LP3M,
2005
Damanik,Ali
Said. Fenomena Partai Keadilan, Bandung: Teraju, 2000
Denzin,
Norman K/Lincoln, Yvonna S (editors), Handbook of Qualitatif Research, SAGE
Publications, 1994
Dekmeijen,
R. Hrair, Kebangkitan Islam : katalisator,katagori dan konsekuensi,
dalam Hunter,Shiren T. (edd), Politik Kebangkitan Islam(terj),
Jogjakarta:Tiara Wacana, 2001
Eriyanto, Analisis
Wacana (Pengantar Analisa Teks Media), LKIS, Yogyakarta, 2008
Esposito,
John L. Islam and State, New York : Syacuse University Prss.
1987
Furqon,Aay
Muhammad, Partai Keadilan Sejahtera : Ideologi dan Praksis Politik Kaum
Muda Muslim Indonesia Kontemporer, Jakarta: Terajau, 2004
Karim,
A.Gaffar, Jamaah Salahudin: Islamic Student Organitation in Indonesia’s
New Order,Flinders Journal of History and Politics. Vol 23, Adelide, 2006
Matta,
Anis. Menikmati Demokrasi: Strategi Dakwah Meraih Kemenangan.
Jakarta: Penerbit Pustaka Saksi.2002
Newman, W.
Lawrence, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches, Allyn & Bacon, Boston, 2003
Priyono,AE.
Fenomea Terorisme Agama dan Kebangkitan Neo-Fundamentalisme Islam di Indonesia
Orde Baru, Jurnal Demokrasi &HAM, Vol. 3, Jakarta,2003
Rahmat,M.Imdaun. Ideologi
Politik PKS , Jogjakarta,LKIS,2008
Ridho,Abu. Saat
Dakwah Memasuki Wilayah Politik, Bandung : Syamil, 2003
1 komentar:
Salam untuk Kawan2 dan Dosen yang masih ada di Unila... Romi Arza '0314041010 HPT.
Posting Komentar