PENGENALAN ALAT DAN APLIKASI PESTISIDA
PENGENALAN
ALAT DAN APLIKASI PESTISIDA
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)
Oleh
Nurhudiman
1114121146
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit
tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang
menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian
besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Kerugian
bagi seseorang ataupun perusahaan yang melakukan budidaya sudah tidak terhitung
lagi akibat terserang penyakit. Melihat hal ini berbagai lini baik dari
pemerintah, peneliti dan akademisi untuk mengkaji solusi dari permasalahan
penyakit yang ada pada tanaman budidaya.
Melalui pembelajaran ini, ditemukan illmu cara pengendalian hama dan
penyakit. Kehadiran ilmu ini menekan kerugian suatu produksi tanaman akibat
serangan hama dan penyakit. Berbagai konsep ilmu hama dan penyakit sudah
diteliti, mulai dari bentuk morfologi, siklus hidupnya hingga nilai kerusakan
yang akan dihasilkan untuk menyerang tanaman budidaya. Sungguh luar biasa ilmu
yang ada di ala ini.
Dalam mengendalikan hama dan penyakit tidak cukup dengan mengetahui ilmu
dan konsep pengendaliannya. Berdasarkan kajian ilmu hama dan penyakit setelah
dilihat dari berbagai aspek kehidupan maka ditemukan berbagai alat yang
digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman baik sekala kecil
ataupun perusahaan. Oleh karena itu disini kita akan memperkenalkan alat dan
aplikasi pestisida.
1.2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:
1.
Mengenal beberapa macam alat
aplikasi pestisida
2.
Mengetahui bagian dan
mekanisme kerja alat
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum adalah Semi automatic sprayer, Automatic sprayer, Blower sprayer, mist duster, swing fog, soil injector, oplosan dan micron ulva.
Alat yang digunakan pada praktikum adalah Semi automatic sprayer, Automatic sprayer, Blower sprayer, mist duster, swing fog, soil injector, oplosan dan micron ulva.
2.2 Prosedur Percobaan
1.
Menggambar bagian-bagian aplikasi
pestisida dan memberi nama pada bagian-bagianya
2.
Menjelaskan mekanisme kerja,
kegunaan, kelebihan dan kelemahan
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Pengamatan
No
|
Gambar Foto
|
Gambar Tangan
|
Keterangan
|
1.
|
Semi Automatic Sprayer
|
Semi Automatic Sprayer
|
|
2.
|
Automatic
sprayer
|
Automatic
sprayer
|
|
3.
|
Mist Duster
|
Mist Duster
|
|
4.
|
Swing fog
|
Swing fog
|
|
5.
|
Soil
Injector
|
Soil
Injector
|
|
6.
|
Oplosan
|
Oplosan
|
|
7.
|
Microu Ulva
|
Microu Ulva
|
3.2. Pembahasan
Setelah melakukan pengamatan pada peralatan pengendalian pestisida maka
akan ada penjelasan bagaimana mekanisme kerja, kegunaan, kelebihan dan
kekurangan pada setiap alat. Adapun alat pestisda tersebut yaitu; semi
automatic sprayer, automatic sprayer, Mist Duster, Swing fog, Soil Injector,
Oplosan dan Micron Ulva.
Semi automatic sprayer Prinsip
kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang
menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida
akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk
memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses
pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni
tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan
akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan
cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit
dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang
sangat halus.
Dari hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan petani di lapangan adalah
jenis ini, namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil
studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1977 di beberapa
tempat di Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami
kerusakan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut
antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking
karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer
mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi, dsb.
Di samping masalah pada perangkat
alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pest yang direkomendasikan dan ini
salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi.
Bagian-bagian alat semprot semi otomatis antara lain tuas penyemprot, noozle,
batang semprot, mult tangki, memiliki satu tabung untuk menampung cairan
pestisida sekaligus menampung tekanan udara serta tali untuk menggendong alat.
Kapasitas atau daya tampung alat 17 liter dan terbuat dari logam besi.
Automatic Sprayer prinsip kerja alat penyemprot ini
adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut.
Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif
dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh
butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan
partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di
dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya
mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan
tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga
cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penggunaannya adalah isi tangki cairan pestisida harus disisakan kurang
lebih 1/5 bagian ruangan tangki untuk udara. Setelah diisi cairan, tangki
dipompa kurang lebih sebanyak 50 – 80 kali pemompaan. Untuk mengetahui
intensitas tekanan udara di dalam tangki dapat diamati melalui manometer.
Beberapa persyaratan lainnya adalah bahan konstruksi terbuat dari plat tahan
karat, bagian konstruksi pompa mudah dilepas untuk dibersihkan, selang terbuat
dari karet atau plastik, nosel dapat dilepas dan dapat diganti baik tipe maupun
ukuran lubangnya. Persyaratan lain yang berkaitan efektivitas aplikasi
pestisida dalam pengoperasian alat penyemprot adalah kondisi kecepatan angin tidak
melebihi 10 km/jam.
Perbedaan antara sprayer otomatis
dan sprayer semi otomatis adalah pada komponen dalam kedua alat tersebut. Pada
alat sprayer otomatis tidak ada tabung khusus yang digunakan sebagai tempat
cadangan tekanan karena seluruh tekanan memenuhi tangki sprayer. Oleh karena
itu tangki sprayer otomatis harus terbuat dari bahan yang kuat dengan tekanan.
Dengan perbedaan tersebut maka cara aplikasinya pun sedikit berbeda. Jika
sprayer otomatis harus dipompa hingga penuh sebelum aplikasi, sprayer semi
otomatis harus dipompa selama aplikasi hingga volume pestisida habis. Oleh
karena itulah ada perbedaan ukuran droplet pada keduanya. Ukuran droplet
sprayer otomatis lebih kecil dari sprayer semi otomatis akibat adanya perbedaan
tekanan yang diberikan.
Ada beberapa keuntungan dan kerugian dengan penggunaan
tekanan atau energi hidrolik antara lain keuntunganya seperti Komponen yang digunakan relatif
sederhana untuk dioperasikan. Peralatan fleksibel dan dengan
perubahan sedikit dapat digunakan untuk sasaran yang berbeda. Untuk
kerugiannya seperti Droplet
dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas mengakibatkan banyak pestisida yang
terbuang (droplet dengan optimum diameter tidak mengenai sasaran). Penggunaan yang bervariasi dan
komponen dapat mengakibatkan variasi penutupan. Penggunaan komponen khususnya noozle
yang mengharuskan seringnya penggantian alat yang bersangkutan.
Mist Duster Alat ini digunakan untuk aplikasi
pestisida padat atau serbuk. pestisida dalam bentuk debu terdiri dari bahan
pembawa yang kering dan halus, yang mengandung bahan aktif 1 -10 persen, ukuran
partikelnya berkisar lebih kecil dari 75 mikron. Aplikasinya tanpa dicampur
dengan bahan lain dan dimanfaatkan untuk mengatasi pertanaman yang berdaun
rimbun/lebat, karena partikel debu dapat masuk keseluruh bagian pohon.
Penggunaan sprayer didasarkan pada
tujuan. Kemudian dalam pengaplikasian pestisida, diperlukan pengetahuan yang
baik agar penggunaan pestisida tidak menyebabkan kerugian atau dalam kata lain
boros. Pengetahuan ini lebih tergantung kepada jenis pestisida dan dosis yang
digunakan. Dalam hal ini, dosis yang digunakan baiknya tepat atau mendekati
tepat dalam pengaplikasiannya. Dengan demikian efek atau keampuhan pestisida
yang digunakan dapat dibuat seoptimal mungkin.
Pestisida berwujud cairan (EC) atau
bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk
menyebarkannya. Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan
alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat
penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon
kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang
(Djojosumarto, 2000).
Keberhasilan penyemprotan sangat
ditentukan oleh tingkat peliputan (coverage), yakni banyaknya droplet yang
menutupi bidang sasaran. Makin banyak jumlah droplet pada tiap bidang sasaran,
makin besar kemungkinan OPT terkena pestisida sehingga semakin besar
kemungkinan penyemprotan berhasil.
Tingkat penutupan dinyatakan dengan
angka kepadatan droplet (droplet density), yakni jumlah droplet yang terdapat
pada setiap satuan luas bidang sasaran. Tingkat peliputan (coverage) atau
kepadatan droplet dipengaruhi oleh faktor butiran semprot dan volume aplikasi.
Makin halus ukuran butiran semprot, semakin baik tingkat penutupannya. Volume
aplikasi yang terlampau sedikit dapat menyebabkan tingkat penutupan yang buruk
dan volume aplikasi yang terlampau banyak menyebabkan run off.
Curah (flow rate, output) adalah
banyaknya cairan semprot yang dikeluarkan oleh nozzle per satuan waktu, yang
umumnya dihitung dalam liter per menit. Angka flow rate dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut ukuran lubang nozzle, jumlah nozzle, jumlah
lubang pada nozzle dan kecepatan aliran cairan yang melewati nozzle. Setiap
nozzel mempunyai angka flow ratenya sendiri.
Syarat agar penyemprotan merata
lainnya adalah mempertahankan kecepatan berjalan pada saat menyemprot (disebut
kecepatan aplikasi). Bila kecepatan berjalan saat menyemprot berubah-ubah, maka
coverage juga akan berubah, sehingga distribusi secara keseluruhan tidak sama.
Kalibrasi
merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan pestisida. Jika dosis
rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara aplikasi yang tidak
benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu: OPT tidak akan
mampu dikendalikan di areal yang teralikasi dengan dosis yang lebih sedikit
dari dosis rekomendasi dan OPT dan tanaman budidaya akan mati di areal yang
teraplikasi dengan dosis lebih tinggi dari dosis rekomendasi. Ada tiga faktor
yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang nozel (nozel
curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan ( ke depan)
aplikator. Berikut adalah rumus kalibrasi:
Keterangan
:
A
= kecepatan curah (L/menit)
B
= lebar gawang (m)
C
= kecepatan jalan (m/menit)
D
= jumlah volume (L)
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, jumlah volume pada
alat semprot otomatis adalah 67,4 L/ha dan ulangan kedua adalah 54,75 L/ha.
Sedangkan alat semprot semi otomatis didapat 21,69 L/ha dan 47,33 L/ha.
Micron Ulva merupakan alat semprot
pestisida yang sangat efektif dan efisien dalam mengendalikan Organisme
pengganggu Tanaman. Alat tersebut di beri nama ULVA+. Dengan
teknologi CDA (controller Droplet Applicator) maka alat ini mampu menyemprot
pestisida dengan volume semprot berkisar antara 20 s.d 40 ltr/ha. ULVA+ yang
bertenaga baterei juga sangat ringan dengan bobot kosong hanya 1.6 kg sehingga
akan memudahkan petani dalam mengaplikasikan pestisida. Karena hanya
membutuhkan volume larutan yang sedikit maka penggunaan ULVA+ juga akan
mempercepat proses penyemprotan menjadi hanya 2 s.d 3 jam/ha di bandingkan
dengan alat semprot biasa yang mencapai 5 s.d 6 jam/ha. Beberapa keunggulan
yang di tawarkan oleh alat semprot ULVA+ ini antara lain ; Hemat air sampai dengan
80%, Hemat pestisida (bahan)
sampai dengan 40%, Hemat
waktu dan biaya tenaga kerja sampai dengan 50%, dan Ringan bahkan mudah digunakan oleh
wanita.
Swingfog adalah pengasapan insektisida
dengan mesin swingfog dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke
dalam bangunan rumah atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang
berada dihalaman maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat
dibasmi. Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya
ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal
dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama
swingfog. Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan
cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan
ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri.
Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog
machine dan ultra low volume ground
sprayer mounted.
Dalam
kondisi seperti itu, penggunaan insektisida selain kurang efektif dan mahal
juga berbahaya mterhadap kesehatan dan lingkungan. Bahaya Fogging:
1. Dapat mengganggu saluran pernapasan
2. Bila dilakukan fogging terus menurun
nyamuk dapat kebal terhadap bahan kimia.
3. Dapat mengakibatkan keracunan
terhadap makanan yang terkena asap
fogging.
Cara-cara
Pelaksanaan Fogging:
Selama
ini masyarakat begitu mengandalkan fogging untuk menekan laju penularan
penyakit DBD. Karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui
mengenai fogging antara ain sebagai
berikut:
1. Bahwa fogging efektif untuk membasmi
vektor atau nyamuk Aedes agyepti dewasa saja karena itu upaya fogging saja
tidaklah terlal efekif untuk menekan laju penularan DBD dimasyarakat meski tidak berarti upaya
melakuka fogging sia-sia.
2. efek fogging hanya efektif bertahan
selama dua hari.
3. selain itu, jenis insektisida yang
dipergunnakan mesti diganti secara periodik untuk menghindari kekebalan
(resistensi nyamuk Aedes)
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh
dari praktikum ini adalah:
1.
Aplikasi pestisida menggunakan
alat seperti semi automatic sprayer, automatic sprayer, mist duster, swing fog,
soil injector, oplosan dan micron ulva
2.
Keuntungan dari alat-alat
aplikasi pestisida tersebut adalah mudah dalam aplikasi, lebih efektif dan
efisien terhadap tenaga dan waktu, dan menghemat biaya
3.
Kerugian dari alat-alat aplikasi pestisida tersebut
adalah masih mahal dan jarang untuk alatnya, memerlukan ketelitian ilmu dalam
menggunakan,
Agrios,G.N.1996.
Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Djojosumarto, P., 2000. Teknik
Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.
Djojosumarto, P., 2004. Teknik
Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.
Ide Elok. 2011. Handsprayer (Alat
Penyemprot) Pertanian. (online) http://www.ideelok.com/alat-dan-mesin/handsprayer-alat-penyemprot-pertanian. diakses pada 15 April 2011.
Jackson RW
(editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and Molecular
Biology. Caister Academic Press..
Junaidi, W. 2009. Menentukan Kalibrasi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Mujim,
Subli. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan (Buku Ajar). 2009.
Bandarlampung. Universitas lampung.
Sastroutomo Soetikno S., 1992. Pestisida
Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunaanya. Jakarta : Gramedia.
Semangun, H.
1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sudarmo, RM. 1997. Pengendalian
Serangga Hama Sayuran dan Palawija. Jakarta: Kanisius.
Sukma, Y. dan Yakup. 1991. Gulma
Dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta : Rajawali Press.
Sumintapura, A.H. dan Iskandar, R.S., 1975. Herbisida dan
Pemakaiannya. Bandung : Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar