Rabu, 08 April 2015

PENGENALAN ALAT DAN APLIKASI PESTISIDA






PENGENALAN ALAT DAN APLIKASI PESTISIDA
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)




Oleh

Nurhudiman
1114121146




JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015





I.                   PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Kerugian bagi seseorang ataupun perusahaan yang melakukan budidaya sudah tidak terhitung lagi akibat terserang penyakit. Melihat hal ini berbagai lini baik dari pemerintah, peneliti dan akademisi untuk mengkaji solusi dari permasalahan penyakit yang ada pada tanaman budidaya.
Melalui pembelajaran ini, ditemukan illmu cara pengendalian hama dan penyakit. Kehadiran ilmu ini menekan kerugian suatu produksi tanaman akibat serangan hama dan penyakit. Berbagai konsep ilmu hama dan penyakit sudah diteliti, mulai dari bentuk morfologi, siklus hidupnya hingga nilai kerusakan yang akan dihasilkan untuk menyerang tanaman budidaya. Sungguh luar biasa ilmu yang ada di ala ini.
Dalam mengendalikan hama dan penyakit tidak cukup dengan mengetahui ilmu dan konsep pengendaliannya. Berdasarkan kajian ilmu hama dan penyakit setelah dilihat dari berbagai aspek kehidupan maka ditemukan berbagai alat yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman baik sekala kecil ataupun perusahaan. Oleh karena itu disini kita akan memperkenalkan alat dan aplikasi pestisida.
1.2     Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:
1.            Mengenal beberapa macam alat aplikasi pestisida
2.            Mengetahui bagian dan mekanisme kerja alat





II. METODOLOGI PERCOBAAN


2.1  Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum adalah
Semi automatic sprayer, Automatic sprayer, Blower sprayer, mist duster, swing fog, soil injector, oplosan dan micron ulva.

2.2  Prosedur Percobaan

1.      Menggambar bagian-bagian aplikasi pestisida dan memberi nama pada bagian-bagianya
2.      Menjelaskan mekanisme kerja, kegunaan, kelebihan dan kelemahan





III.    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



3.1. Hasil Pengamatan

No
Gambar Foto
Gambar Tangan
Keterangan
1.
Semi Automatic Sprayer











Semi Automatic Sprayer

2.
Automatic sprayer

Automatic sprayer

3.
Mist Duster


Mist Duster

4.
Swing fog

Swing fog

5.
Soil Injector

Soil Injector

6.
Oplosan

Oplosan

7.
Microu Ulva

Microu Ulva



3.2. Pembahasan



Setelah melakukan pengamatan pada peralatan pengendalian pestisida maka akan ada penjelasan bagaimana mekanisme kerja, kegunaan, kelebihan dan kekurangan pada setiap alat. Adapun alat pestisda tersebut yaitu; semi automatic sprayer, automatic sprayer, Mist Duster, Swing fog, Soil Injector, Oplosan dan Micron Ulva.
Semi automatic sprayer Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan petani di lapangan adalah jenis ini, namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1977 di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi, dsb.
Di samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pest yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi. Bagian-bagian alat semprot semi otomatis antara lain tuas penyemprot, noozle, batang semprot, mult tangki, memiliki satu tabung untuk menampung cairan pestisida sekaligus menampung tekanan udara serta tali untuk menggendong alat. Kapasitas atau daya tampung alat 17 liter dan terbuat dari logam besi.
Automatic Sprayer prinsip kerja alat penyemprot ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya adalah isi tangki cairan pestisida harus disisakan kurang lebih 1/5 bagian ruangan tangki untuk udara. Setelah diisi cairan, tangki dipompa kurang lebih sebanyak 50 – 80 kali pemompaan. Untuk mengetahui intensitas tekanan udara di dalam tangki dapat diamati melalui manometer. Beberapa persyaratan lainnya adalah bahan konstruksi terbuat dari plat tahan karat, bagian konstruksi pompa mudah dilepas untuk dibersihkan, selang terbuat dari karet atau plastik, nosel dapat dilepas dan dapat diganti baik tipe maupun ukuran lubangnya. Persyaratan lain yang berkaitan efektivitas aplikasi pestisida dalam pengoperasian alat penyemprot adalah kondisi kecepatan angin tidak melebihi 10 km/jam.
Perbedaan antara sprayer otomatis dan sprayer semi otomatis adalah pada komponen dalam kedua alat tersebut. Pada alat sprayer otomatis tidak ada tabung khusus yang digunakan sebagai tempat cadangan tekanan karena seluruh tekanan memenuhi tangki sprayer. Oleh karena itu tangki sprayer otomatis harus terbuat dari bahan yang kuat dengan tekanan. Dengan perbedaan tersebut maka cara aplikasinya pun sedikit berbeda. Jika sprayer otomatis harus dipompa hingga penuh sebelum aplikasi, sprayer semi otomatis harus dipompa selama aplikasi hingga volume pestisida habis. Oleh karena itulah ada perbedaan ukuran droplet pada keduanya. Ukuran droplet sprayer otomatis lebih kecil dari sprayer semi otomatis akibat adanya perbedaan tekanan yang diberikan.
Ada beberapa keuntungan dan kerugian dengan penggunaan tekanan atau energi hidrolik antara lain keuntunganya seperti Komponen yang digunakan relatif sederhana untuk dioperasikan. Peralatan fleksibel dan dengan perubahan sedikit dapat digunakan untuk sasaran yang berbeda. Untuk kerugiannya seperti Droplet dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas mengakibatkan banyak pestisida yang terbuang (droplet dengan optimum diameter tidak mengenai sasaran). Penggunaan yang bervariasi dan komponen dapat mengakibatkan variasi penutupan. Penggunaan komponen khususnya noozle yang mengharuskan seringnya penggantian alat yang bersangkutan.
Mist Duster Alat ini digunakan untuk aplikasi pestisida padat atau serbuk. pestisida dalam bentuk debu terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus, yang mengandung bahan aktif 1 -10 persen, ukuran partikelnya berkisar lebih kecil dari 75 mikron. Aplikasinya tanpa dicampur dengan bahan lain dan dimanfaatkan untuk mengatasi pertanaman yang berdaun rimbun/lebat, karena partikel debu dapat masuk keseluruh bagian pohon.
Penggunaan sprayer didasarkan pada tujuan. Kemudian dalam pengaplikasian pestisida, diperlukan pengetahuan yang baik agar penggunaan pestisida tidak menyebabkan kerugian atau dalam kata lain boros. Pengetahuan ini lebih tergantung kepada jenis pestisida dan dosis yang digunakan. Dalam hal ini, dosis yang digunakan baiknya tepat atau mendekati tepat dalam pengaplikasiannya. Dengan demikian efek atau keampuhan pestisida yang digunakan dapat dibuat seoptimal mungkin.
Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya. Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000).
Keberhasilan penyemprotan sangat ditentukan oleh tingkat peliputan (coverage), yakni banyaknya droplet yang menutupi bidang sasaran. Makin banyak jumlah droplet pada tiap bidang sasaran, makin besar kemungkinan OPT terkena pestisida sehingga semakin besar kemungkinan penyemprotan berhasil.
Tingkat penutupan dinyatakan dengan angka kepadatan droplet (droplet density), yakni jumlah droplet yang terdapat pada setiap satuan luas bidang sasaran. Tingkat peliputan (coverage) atau kepadatan droplet dipengaruhi oleh faktor butiran semprot dan volume aplikasi. Makin halus ukuran butiran semprot, semakin baik tingkat penutupannya. Volume aplikasi yang terlampau sedikit dapat menyebabkan tingkat penutupan yang buruk dan volume aplikasi yang terlampau banyak menyebabkan run off.
Curah (flow rate, output) adalah banyaknya cairan semprot yang dikeluarkan oleh nozzle per satuan waktu, yang umumnya dihitung dalam liter per menit. Angka flow rate dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut ukuran lubang nozzle, jumlah nozzle, jumlah lubang pada nozzle dan kecepatan aliran cairan yang melewati nozzle. Setiap nozzel mempunyai angka flow ratenya sendiri.
Syarat agar penyemprotan merata lainnya adalah mempertahankan kecepatan berjalan pada saat menyemprot (disebut kecepatan aplikasi). Bila kecepatan berjalan saat menyemprot berubah-ubah, maka coverage juga akan berubah, sehingga distribusi secara keseluruhan tidak sama.
Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan pestisida. Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara aplikasi yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu: OPT tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi dengan dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan OPT dan tanaman budidaya akan mati di areal yang teraplikasi dengan dosis lebih tinggi dari dosis rekomendasi. Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan ( ke depan) aplikator. Berikut adalah rumus kalibrasi:
Keterangan :
A = kecepatan curah (L/menit)
B = lebar gawang (m)
C = kecepatan jalan (m/menit)
D = jumlah volume (L)
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, jumlah volume pada alat semprot otomatis adalah 67,4 L/ha dan ulangan kedua adalah 54,75 L/ha. Sedangkan alat semprot semi otomatis didapat 21,69 L/ha dan 47,33 L/ha.
Micron Ulva merupakan alat semprot pestisida yang sangat efektif dan efisien dalam mengendalikan Organisme pengganggu Tanaman. Alat tersebut di beri nama ULVA+. Dengan teknologi CDA (controller Droplet Applicator) maka alat ini mampu menyemprot pestisida dengan volume semprot berkisar antara 20 s.d 40 ltr/ha. ULVA+ yang bertenaga baterei juga sangat ringan dengan bobot kosong hanya 1.6 kg sehingga akan memudahkan petani dalam mengaplikasikan pestisida. Karena hanya membutuhkan volume larutan yang sedikit maka penggunaan ULVA+ juga akan mempercepat proses penyemprotan menjadi hanya 2 s.d 3 jam/ha di bandingkan dengan alat semprot biasa yang mencapai 5 s.d 6 jam/ha. Beberapa keunggulan yang di tawarkan oleh alat semprot ULVA+ ini antara lain ; Hemat air sampai dengan 80%, Hemat pestisida (bahan) sampai dengan 40%, Hemat waktu dan biaya tenaga kerja sampai dengan 50%, dan Ringan bahkan mudah digunakan oleh wanita.

Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama swingfog. Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup  sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine  dan ultra low volume ground sprayer mounted.

Dalam kondisi seperti itu, penggunaan insektisida selain kurang efektif dan mahal juga berbahaya mterhadap kesehatan dan lingkungan. Bahaya Fogging:
1.      Dapat mengganggu saluran pernapasan
2.      Bila dilakukan fogging terus menurun nyamuk dapat kebal terhadap bahan kimia.
3.      Dapat mengakibatkan keracunan terhadap makanan yang  terkena asap fogging.
Cara-cara Pelaksanaan Fogging:
Selama ini masyarakat begitu mengandalkan fogging untuk menekan laju penularan penyakit DBD. Karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui mengenai fogging  antara ain sebagai berikut:
1.      Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor  atau nyamuk Aedes agyepti  dewasa saja karena itu upaya fogging saja tidaklah terlal efekif untuk menekan laju penularan DBD  dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakuka fogging sia-sia.
2.      efek fogging hanya efektif bertahan selama dua hari.
3.      selain itu, jenis insektisida yang dipergunnakan mesti diganti secara periodik untuk menghindari kekebalan (resistensi nyamuk Aedes)





IV.  KESIMPULAN





Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:
                                                                                                    
1.      Aplikasi pestisida menggunakan alat seperti semi automatic sprayer, automatic sprayer, mist duster, swing fog, soil injector, oplosan dan micron ulva
2.      Keuntungan dari alat-alat aplikasi pestisida tersebut adalah mudah dalam aplikasi, lebih efektif dan efisien terhadap tenaga dan waktu, dan menghemat biaya
3.      Kerugian  dari alat-alat aplikasi pestisida tersebut adalah masih mahal dan jarang untuk alatnya, memerlukan ketelitian ilmu dalam menggunakan,










DAFTAR PUSTAKA


Agrios,G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Djojosumarto, P., 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.
Djojosumarto, P., 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.
Ide Elok. 2011. Handsprayer (Alat Penyemprot) Pertanian. (online) http://www.ideelok.com/alat-dan-mesin/handsprayer-alat-penyemprot-pertanian. diakses pada 15 April 2011.
Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and Molecular Biology. Caister Academic Press..
Junaidi, W. 2009. Menentukan Kalibrasi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Mujim, Subli. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan (Buku Ajar). 2009. Bandarlampung. Universitas lampung.
Sastroutomo Soetikno S., 1992. Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunaanya. Jakarta : Gramedia.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sudarmo, RM. 1997. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija. Jakarta: Kanisius.
Sukma, Y. dan Yakup. 1991. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta : Rajawali Press.
Sumintapura, A.H. dan Iskandar, R.S., 1975. Herbisida dan Pemakaiannya. Bandung : Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran








Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *