Minggu, 04 Januari 2015

KAKI TANGGUH DI NAPAK TILAS



Gerakan pramuka merupakan oraganisasi yang tidak hanya organisasi tetapi satuan pendidikan. kecuali di sekolahannya gak ada pembinya, kasihan banget..,”. Salah satu keunikan pramuka ini adalah kegiatanya yang begitu banyak bermanfaat terutama bagi kaum muda. Sebelum bercerita saya akan kenalkan kepada kalian semua, “saya adalah seorang pemuda kebetulan menjadi sosok mahasiswa dan saya teratarik pramuka sejak SD, hanya saja sekolahan saya tidak pernah mendukung adanya kegiatan tersebut (mesakne..)”. Di perguruan tinggi saya memanfaatkan kesempatan ini untuk ikut kegiatan pramuka.


Setiap mereka yang pernah mengalami pendidikan pasti akan tahu apa itu pramuka “
Di tingkatan perguruan tinggi nama kelompok pramuka sering disebut Racana dan diteruskan dengan nama pahlawan sehingga menjadi Racana Raden Intan dan Racana Puteri silamaya. Karena kita bukan mukhrim jadi kita dibentuk sapi “wah binatang”. Sapi disini adalah satuan terpisah supaya antara laki-laki dan perempuan bisa saling membatasi ”oh….”. Salah satu kegiatan rutin tiap tahunnya yang tidak pernah lepas dari calon anggota adalah napak tilas. Semakin penasaran seperti apa napak tilas itu bahkan makanan dari mana itu? Saya harus mencobanya meskipun dengan segala resiko.

Salah satu kewajiban menjadi anggota di Racana ini harus pernah mengikuti napak tilas. Kewajiban tetap harus dilaksanakan kalau dilanggar mendapat dosa “mbeledos gak kerasa”. Mengingat wajib, semakin berusaha aku untuk mengikutinya. Napak tilas ternyata sebuah kegiatan yang diadakan dengan berjalan kaki selama tiga hari”busyet..”. Napak tilas diadakan untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang telah gugur terutama wabilkhusus pahalwan Radin Intan. Kata kakak-kakak pramuka kegiatan ini sakral di Racana ini terbukti banyak yang kena karma di kegiatan ini “Ngeri juga dengernya…”. Sebagai manusia tinggal di Indonesia seutuhnya dan biasa dengan kesakralan budaya jawa kita pasti percaya.

Kegiatan napak tilaspun akhirnya bertemu dengan kami ”Spesial banget kami kok bisa ditemuin”. Perjalanan dimulai dari etape pertama dari makam Radin Intan sampai ke Candipuro “kalau jalan kaki normal sekitar 10 jam”. Kami dituntut untuk berjalan bersama demi tercapainya lokasi tersebut secara kekeluargaan. Perjalanan kami rasakan dengan begitu lelahnya”lebih baik saya cangkul sawah dari pada kayak gini, ala mak..,”. hari pertama kami bermacam-macam ada yang sampai pukul 17.00 WIB dan ada juga pukul 19.30 WIB. Sayangnya saya dan Yuda sampai pukul 22.00 WIB semakin malam kaki sulit untuk berjalan mengngat kaki sudah keram dan mlepuh.

Esok hari kami melanjutkan perjalanan ke etape berikutnya dari Candipuro sampai Tanjung Bintang. Setelah satu hari berjalan kami tidak akan mengulangi kesalahan yang membuat cedera pada diri kami sendiri. Khusus saya jangan sampai terakhir lagi “Ngenes rasanya..”. perjalanan kami lanjutkan ternyata ada satu dari teman kami yang tidak bisa berjalan, kasihan punya kaki gak bisa jalan?. Kami harus saling membantu teman yang tidak bisa jalan karena inilah kebersamaan yang harus kita bangun untuk berumah tangga”cie….”. Tak kusangka dan tak kuduga temanku yang sampai pertama kemaren hari itu kakinya melepuh dan susah untuk jalan. Sebenarnya kaki kita semua melepuh tetapi karena badanku kurus tidak seperti temanku jadi masih bisa berjalan. Akhirnya kami harus menggeret dia demi solidaritas perjuangan kasihan tetapi dalam hati banget “rasakan tu karmanya, kemaren ninggalin sih”.

Andaikan kaki bisa dilepas pasti banyak yang mau lepas pada saat itu. Andaikan juga ada jasa pemijatan pasti paling laris. Baru pertama kali ini aku memakai barang yang menjijikan punya wanita pampers sebutannya kini menjadi kebutuhan dan juga kurasa  jalanya seperti hilang keperjakaanku “oh… tidak…”. Inilah kaki tangguh yang dimiliki oleh anggota racana Luar Biasa. Bagi anda yang belum pernah mengikuti jangan sia-siakan untuk  mencoba memecahkan keperjakaan dan keperawanan kaki disini.

Betapa besarnya perjuangan pahlawan dahulu apa yang kita lakukan belum seberapa. Melaui perjalanan ini kita harus bisa membayangkan bagaimana pahlawan Raden Intan berperang melawan penjajah. Pengorbanan keringat, keluarga, bahkan nyawa diberikan hanya untuk kita semua. Sadarlah kita saat ini dengan perjuangan mereka kita dapat menikmati kehidupan dengan semena-mena tidak pernah membayangkan seperti apa tanah ini dulunya. Mari melalui Napak Tilas ini kita bangun semngat nasionalisme dan patriotisme lalu kita isi kemerdekaan ini dengan karya-karya terbaik kita.

SALAM PRAMUKA!!!!!!!!!!!
JANGAN LEWATKAN CERITA “KISAH CINTA DI NAPAK TILAS”

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *